Demo Pasca Pilpres AS, Oregon Terjunkan Garda Nasional dan 11 Orang Ditangkap di Portland
Gubernur Oregon menerjunkan Garda Nasional di negara bagian tersebut pada Rabu malam sebagai tanggapan atas laporan "kekerasan yang meluas di Portland
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Oregon, Amerika Serikat menerjunkan Garda Nasional di negara bagian tersebut pada Rabu malam (4/11/2020) sebagai tanggapan atas laporan kekerasan yang meluas dan kerusuhan di Portland.
Disebutkan, 11 orang diamankan aparat berwajib ketika para demonstran turun ke jalan, termasuk di New York, Seattle, Oakland dan Detroit.
Para pengunjuk rasa menuntut agar setiap pemungutan suara di Pilpres AS 2020 pada Selasa (3/11/2020) dihitung secara tepat dan tanpa hambatan.
Baca juga: Menanti Hasil Pilpres AS, Para Artis Hollywood Stres dan Deg-degan dari James Corden hingga Cardi B
Baca juga: Donald Trump Dikabarkan Marahi Pemilik Fox News Terkait Pemberitaan Kemenangan Joe Biden di Arizona
Sebelumnya, petahanan Partai Republik Donald Trump secara keliru mengklaim kemenangan, penipuan, kecurangan pemilihan, dan membuat banyak tawaran hukum untuk menghentikan penghitungan suara di negara-negara medan pertempuran utama.
Lebih lanjut, soal penerjunan Garda Nasional Oregon untuk mengamankan unjuk rasa juga dibagikan di Twitter resmi Sheriff setempat.
Mengutp Forbes, di Portland, para pengunjuk rasa terlihat memegang tanda bertuliskan "Count Every Vote" (Hitung Setiap Suara).
Polisi mengatakan, kerusuhan terjadi larut malam setelah Pilpres AS digelar.
Demonstran juga dilaporkan memecahkan jendela tempat bisnis lokal di pusat kota.
Sheriff distrik Multnomah, Oregon mengunggah cuitan, 11 telah ditangkap sementara kembang api, palu, dan senapan termasuk di antara barang-barang yang disita.
Lebih lanjut, untuk mengatasi aksi lebih luas, Gubernur Kate Brown mengerahkan Garda Nasional, yang telah ditempatkan dalam keadaan siaga dan di bawah komando gabungan dari Kepolisian Negara Bagian Oregon dan Departemen Sheriff Kabupaten Multnomah.
Sebelumny, Portland telah diguncang protes hampir setiap malam untuk keadilan rasial sejak kematian George Floyd pada musim panas ini.
Kota-kota lain juga berjuang melawan kekerasan pasca pemilu.
Reuters melaporkan 50 orang ditangkap di New York City saat protes larut malam meletus pasca warga Amerika melakukan pemungutan suara.
Baca juga: Mengenal Garda Nasional, Pasukan yang Dikerahkan Amankan Pilpres AS, Apa Bedanya dengan US ARMY?
Baca juga: Pilpres AS: Antisipasi Kerusuhan Usai Pemungutan Suara, Ribuan Garda Nasional Bakal Dikerahkan
Unjuk Rasa Pro-Trump di Arizona
Lebih jauh, di Arizona, para pengunjuk rasa Pro-Trump berkumpul di luar Departemen Pemilihan Maricopa County semalaman.
Aksi ini dilakukan begitu ketatnya persaingan antara Trump dan rivalnya dari Partai Demokrat Joe Biden di negara bagian tersebut.
Pada Kamis pagi, Biden menang dengan selisih tipis, padahal pada Pilpres AS 2016, Trump yang menang.
Perlombaan di Arizona bergantung pada hasil Maricopa, sebuah negara bagian yang telah diserukan oleh Associated Press untuk Biden .
Baca juga: Sejumlah Kota di AS Dilanda Unjuk Rasa Protes Hasil Perhitungan Suara di Pilpres
Baca juga: Pilpres AS Memanas, Pendukung Donald Trump Serbu Pusat Penghitungan Suara
Hasil Pilpres Belum Pasti
Setelah pemungutan suara Selasa kemarin, kerusuhan sudah diperkirakan akan terjadi dan hampir pasti terjadi.
Terutama karena pemenang Pilpres belum dapat ditentukan malam itu juga atau ketika seorang kandidat menolak menerima hasil sementara.
Bahkan, untuk mengantisipasi kerusuhan yang diramalkan pasti terjadi, pelakubisnis menutup toko mereka lebih awal.
Benar saja, kerusuhan terjadi dengan etorika yang menghasut Trump, klaim pemilu yang entah bagaimana curang dan dicurangi terhadapnya.
Setidaknya tiga tuntutan hukum mencoba menghentikan penghitungan suara di negara-negara bagian utama yang meningkatkan risiko kerusuhan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.