Studi Terbaru Sebut Warga Kulit Hitam dan Asia Lebih Berisiko Terkena Covid-19 daripada Kulit Putih
Orang kulit hitam dan Asia dua kali lebih mungkin terkena Covid-19 daripada orang kulit putih, berdasarkan penelitian terbaru dari Lancet
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Orang kulit hitam dan Asia dua kali lebih mungkin terkena Covid-19 daripada orang kulit putih, berdasarkan penelitian terbaru dari Lancet, Mirror mengabarkan.
Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 18 juta orang di Inggris dan Amerika Serikat.
Orang kulit hitam memiliki risiko terpapar dua kali lipat.
Sementara orang dari semua latar belakang Asia 1,5 kali lipat lebih mungkin terinfeksi Covid-19.
Penduduk Asia juga diyakini memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat Covid-19, meski itu belum dikonfirmasi.
Hasil penelitian ini muncul setelah adanya kampanye di Inggris untuk lebih melindungi komunitas Black and Minority Ethnic (BAME) dari dampak beban pandemi.
Baca juga: Studi Baru: Satu dari Lima Pasien COVID-19 Berisiko Alami Gangguan Mental dalam Waktu 90 Hari
Baca juga: Studi dari Stanford Menyebut 30 Ribu Kasus Covid-19 di AS Berasal dari 18 Rapat Umum Donald Trump
Penelitian awal menemukan bahwa kelompok tersebut menghadapi risiko penyakit yang parah dan kematian yang lebih tinggi.
Para peneliti menyebutnya hasil studi ini sebagai "kepentingan kesehatan masyarakat yang mendesak".
Para peneliti dalam studi terbaru yang menyelidiki masalah ini mengatakan alasan tingkat kematian yang lebih tinggi terjadi pada orang kulit hitam dan Asia karena mereka lebih mungkin dipekerjakan di peran garis depan, seperti di NHS Inggris.
Selain itu, jumlah yang tinggi dari komunitas BAME di Inggris dipekerjakan dalam pekerjaan di mana WFH tidak memungkinkan.
Kedua kelompok etnis itu juga lebih cenderung memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah, dan tinggal di rumah tangga yang padat, ujar para peneliti.
Tim dari Universitas Leicester dan Nottingham hanya memasukkan data pasien yang telah menerima tes swab hidung positif atau tes radiologi dan laboratorium yang memeriksa pasien yang memiliki gejala Covid-19.
Mereka yang berasal dari etnis Asia ditemukan memiliki risiko lebih tinggi untuk masuk ke ICU dan bahkan kematian.
Meski begitu, penelitian yang menyelidiki hal ini belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Baca juga: 4 Pertanyaan yang Belum Terjawab Mengenai Vaksin Pfizer, Apakah Aman Bagi Orang Tua?
Baca juga: Masih dalam Tahap Pengujian, Vaksin Pfizer Disebut Memiliki Efektivitas Lebih dari 90%
Dr Manish Pareek, profesor klinis asosiasi penyakit menular di Universitas Leicester, mengatakan:
"Temuan kami menunjukkan bahwa dampak COVID-19 yang tidak proporsional pada komunitas kulit hitam dan Asia terutama disebabkan oleh adanya peningkatan risiko infeksi di kedua komunitas itu."
"Ada banyak penjelasan mengapa ada peningkatan risiko di antara mereka."
"Misalnya, kelompok etnis minoritas biasanya tinggal dalam kelompok keluarga besar di rumah yang sempit, yang membuat penularan makin mudah terjadi."
"Selain itu, mereka biasanya memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah, yang memaksa mereka hidup dalam rumah tangga yang penuh sesak.
"Mereka juga lebih mungkin untuk dipekerjakan di garis depan di mana bekerja dari rumah bukanlah pilihan."
Dr Shirley Sze, dosen klinis akademis National Institute for Health Research, mengatakan:
"Bukti yang jelas dari peningkatan risiko infeksi di antara kelompok etnis minoritas adalah kepentingan kesehatan masyarakat yang mendesak."
"Kita harus bekerja untuk meminimalkan paparan virus dalam kelompok berisiko ini dengan memfasilitasi akses ke perawatan kesehatan."
Penemuan ini dipublikasikan di jurnal EClinical Medicine, oleh The Lancet.
Menjelang publikasi penelitian ini, ketua dewan Asosiasi Medis Inggris telah menyerukan penyelidikan atas penanganan tanggapan terhadap pandemi, termasuk "perlindungan" terhadap komunitas BAME.
Dr Chaand Nagpaul mengatakan pada Rabu (11/11/2020):
"Penyelidikan publik harus membahas setiap langkah dengan baik, mulai dari masalah pengujian dan kekurangan APD, hingga krisis di rumah sakit dan perlindungan yang tertunda dari komunitas BAME."
"Semua itu memiliki dampak besar pada perkembangan virus ini dan bagaimana NHS mampu mengatasi jumlah kasus yang meningkat."
Minggu lalu, pengawas hak asasi manusia Inggris mengatakan mereka meluncurkan penyelidikan atas ketidaksetaraan yang dihadapi oleh orang-orang dari komunitas BAME yang bekerja di bidang kesehatan dan perawatan sosial.
Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia (EHRC) mengatakan akan mempertimbangkan masalah struktural yang membuat orang-orang dari berbagai etnis minoritas berisiko lebih besar di Inggris, Skotlandia dan Wales.
Penyelidikan dilakukan setelah sebuah penelitian oleh Walikota London Sadiq Khan bulan lalu menemukan bahwa orang kulit hitam hampir dua kali lipat memiliki risiko kematian akibat Covid-19 daripada orang kulit putih.
Kepala eksekutif EHRC Rebecca Hilsenrath mengatakan pekan lalu penyelidikan itu akan membantu menjawab pertanyaan tentang ketidaksetaraan rasial.
Ia mengatakan akan membuat rekomendasi yang dapat diterapkan ke sejumlah lingkungan kerja lain di mana etnis minoritas terlalu dianggap hanya perlu dibayar dengan tingkat bayaran terendah.
Hal itu termasuk pekerja garis depan dalam pandemi, tambah Hilsenrath.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)