Suarakan Demokrasi, Anggota Parlemen Oposisi Hong Kong Ramai-ramai Mundur dari Jabatannya
Anggota parlemen oposisi Hong Kong ramai-ramai resmi mengajukan pengunduran diri pada Kamis (12/11/2020).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Gigih
Tak lama setelah itu, pemerintah daerah mengumumkan diskualifikasi empat anggota majelis yang sebelumnya dilarang mencalonkan diri kembali karena pihak berwenang menganggap janji setia mereka kepada Hong Kong tidak tulus.
"Ini adalah contoh lain dari Partai Komunis China yang menginjak-injak apa yang tersisa dari demokrasi di Hong Kong," kata Chris Patten, gubernur keturunan Inggris terakhir di kota itu, dalam sebuah pernyataan.
"Sekali lagi, rezim (Presiden) Xi Jinping telah menunjukkan permusuhan total terhadap akuntabilitas demokrasi dan mereka yang ingin mempertahankannya," tambahnya.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan pemecatan secara paksa itu merupakan serangan terhadap kebebasan Hong Kong.
Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien mengatakan langkah tersebut menunjukkan Partai Komunis China (PKC) telah "secara mencolok melanggar komitmen internasionalnya."
"Satu Negara, Dua Sistem sekarang hanyalah selubung daun ara yang menutupi kediktatoran satu partai PKT yang sedang berkembang di Hong Kong," kata O'Brien.
Baca juga: Ekonom Tidak Peduli Trump atau Biden, Soroti Impor Barang China Melonjak
Baca juga: Single Day atau Hari Jomblo yang Diperingati 11 November, Ini Sejarah dan Event Besar di China
Jerman dan Australia juga mengutuk resolusi tersebut.
Resolusi itu menyoroti pengaruh Beijing kepada Hong Kong, pusat perekonomian Asia.
Media pemerintah China memuji keputusan resolusi itu sebagai langkah tertunda menuju kembalinya perdamaian dan kemakmuran di Hong Kong yang menyoroti perlunya pusat keuangan global untuk 'diatur oleh patriot.'
Nasib oposisi diragukan sejak pemerintah menunda pemilihan legislatif September selama satu tahun, dengan alasan virus corona.
Langkag ini dinilai bertujuan untuk membunuh momentum pro-demokrasi di Hong Kong.
Awal bulan ini, polisi menangkap delapan anggota parlemen pro-demokrasi lainnya karena pertengkaran selama pertemuan legislatif pada Mei.
"Kota ini sedang sekarat. Sudah sekarat selama beberapa waktu. Sekarang kami bahkan lebih mirip ke China," kata siswa berusia 20 tahun Calvin Fan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)