Apa Arti Kemenangan Joe Biden di Pilpres AS bagi Korea Utara? Ini Kata Analis
Menurut analis, sangat tidak mungkin Presiden terpilih AS Joe Biden jadi kandidat pilihan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara masih belum bereaksi terhadap kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020.
Menurut analis, sangat tidak mungkin Presiden terpilih AS Joe Biden jadi kandidat pilihan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Analis tersebut mengatakan, Presiden AS saat ini, Donald Trump memiliki keunikan di antara para pemimpin Amerika.
Hal tersebut terungkap dari kesediaan Trump yang secara pribadi terlibat dengan Kim Jong Un.
Duta Besar Joseph Yun yang merupakan mantan perwakilan khusus AS untuk Korea Utara di bawah mantan Presiden Obama dan Presiden Trump mengatakan, menurutnya Korea Utara kecewa karena Trump tidak menang.
Baca juga: Biden Siap Realisasikan Janji Stimulus Fiskalnya untuk Topang Ekonomi AS Pasca Pandemi
Baca juga: Proyeksi Kemenangan Joe Biden Percepat Anjloknya Dolar AS
"Bagi mereka, Trump adalah 'masalah' besar, mereka memiliki tiga pertemuan puncak dan belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap Yun, yang Tribunnews kutip dari CNN.
Hubungan tak biasa antara Korea Utara dan Washington tercermin lewat surat yang tak terhitung jumlahnya dan digambarkan Trump sebagai 'surat cinta' dan telah berjalan selama empat tahun.
Namun di sisi lain, Joe Biden, pernah menyebut Kim Jong Un 'preman' dalam debat presiden terakhir.
Biden pun sangat kritis terhadap Korea Utara selama kampanyenya tahun ini.
Tidak jelas apa yang akan terjadi selanjutnya pada Biden di masa kepemimpinannya.
Berbeda dengan Trump, Biden menegaskan, dia tak ingin 'duduk bersama' Kim Jong Un tanpa prasyarat.
Baca juga: Ini Hewan Peliharaan Presiden Terpilih Joe Biden yang Akan Dibawa ke Gedung Putih
Provokasi Korea Utara
CNN melaporkan, preseden menunjukkan, Korea Utara memiliki kecendurungan untuk melakukan semacam provokasi pada tahap awal pemerintahan baru Amerika.
Sebelumnya, Pyongyang menembakkan rudal hanya beberapa minggu setelah Presiden Trump dilantik pada 2017.
Para ahli berbeda pendapat tentang apakah Korea Utara akan merasa perlu melakukan hal yang sama untuk Biden.
"Orang Korea Utara sering mengirim telegram tentang apa yang akan mereka lakukan," kata John Delury, seorang profesor di Universitas Yonsei Seoul.
"Jika Anda mendengarkan dengan cermat pernyataan mereka, mereka biasanya menunjukkan ke mana mereka melangkah," paparnya.
"Saya akan mengatakan hampir tidak ada sinyal bahwa mereka merencanakan provokasi atau ujian besar," ungkapnya.
Seperti yang ditunjukkan Yun, ini adalah waktu yang berbeda untuk Kim Jong Un dan uji coba rudal mungkin tidak menjadi agenda utama seperti empat tahun lalu.
"Mereka sekarang telah membuktikan bahwa mereka memiliki ICBM (rudal balistik antarbenua) yang dapat menjangkau hampir di mana saja di benua AS," ucap Yun.
"Mereka juga memiliki perangkat nuklir yang sangat besar yang mereka uji pada 2017," kata Yun.
Korea Utara juga memiliki sejumlah masalah mendesak yang harus dihadapi.
Termasuk virus corona, yang diklaim Kim Jong Un belum menginfeksi rakyatnya.
Tak hanya itu saja, bayangan kesulitan ekonomi karena sanksi terus mencekik dan pemulihan dari serangkaian topan dan banjir awal tahun ini.
Baca juga: Update Pilpres AS 2002: Donald Trump Unggul di Alaska dan North Carolina, Gagal Lampaui Joe Biden
Apa selanjutnya?
Lebih dalam, Joe Biden tahu tantangan yang mungkin ditimbulkan oleh Korea Utara.
Pyongyang pernah melakukan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh pada awal kepemimpinan Obama.
Saat itu, Biden menjabat sebagai wakil presiden.
Namun, dia tidak selalu diharapkan untuk kembali ke kebijakan era Obama tentang "kesabaran strategis" menunggu Pyongyang datang ke meja perundingan sambil tetap memberlakukan sanksi.
Kebijakan itu gagal mencapai tujuan utamanya.
Selama waktu itu, Korea Utara secara signifikan memperluas kemampuan nuklir dan misilnya dan melakukan empat dari enam uji coba nuklirnya.
Duta Besar Yun mengatakan, Biden telah menunjukkan bahwa dia "menginginkan solusi diplomatik, dia menginginkan keterlibatan."
"Tentu, dia telah menekankan denuklirisasi, tetapi pada saat yang sama dia telah menekankan apa yang dia sebut diplomasi berprinsip jadi saya berharap pintu pertunangan akan lebih terbuka sekarang," katanya.
Namun, provokasi dari Pyongyang, terutama uji coba rudal, dapat secara dramatis mengubah perhitungan untuk pemerintahan Biden.
Baca juga: Dua Pakar Kesehatan Joe Biden Menolak Rencana Lockdown di Amerika Serikat
Mungkin Biden akan Bereaksi atas Provokasi Korea Utara
Secara terpisah, Evans Revere, direktur senior Albright Stonebridge Group, memiliki pengalaman luas dalam bernegosiasi dengan Korea Utara selama berada di Departemen Luar Negeri.
Dia yakin Biden akan bereaksi keras terhadap setiap provokasi dari Korea Utara.
"Biden tidak akan mengabaikan Korea Utara, dan Pyongyang dapat diandalkan untuk memastikan bahwa dia tidak melakukannya."
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)