Covid-19 Hancurkan Ekonomi Global, Dunia Hadapi ''Tsunami Utang''
Utang global diperkirakan akan meroket ke rekor 277 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2020
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Utang global diperkirakan akan meroket ke rekor 277 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2020, karena pemerintah dan perusahaan terus menggelontorkan anggaran untuk menangani dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Institute for International Finance (IIF) yang memiliki anggota lebih dari 400 bank dan lembaga keuangan di seluruh dunia, melihat utang global telah membengkak sebesar 15 triliun dolar AS pada tahun ini menjadi 272 triliun dolar AS pada September lalu.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, 19 November 2020 Ditutup Melemah ke Rp 14.155
"Ada ketidakpastian signifikan tentang bagaimana ekonomi global dapat mengurangi leverage di masa depan, tanpa implikasi merugikan yang tinggi bagi aktivitas ekonomi," kata lembaga tersebut.
IIF juga memperingatkan akan munculnya serangan 'tsunami utang'.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (20/11/2020), laporan tersebut menunjukkan bahwa diantara total lonjakan utang global itu, utang negara maju mengalami lonjakan di atas 432 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2020.
Sedangkan AS, negara yang telah menerapkan salah satu paket stimulus terbesar di dunia ini menyumbang hampir setengah dari kenaikan itu.
Total utang AS nyaris mencapai 80 triliun dolar AS pada 2020, naik dari 71 triliun dolar AS pada tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk zona euro, tindakan pemerintah menyebabkan peningkatan utang publik sebesar 1,5 triliun dolar AS selama periode yang sama, menjadi 53 triliun dolar AS.
Kendati demikian, angka itu masih berada di bawah level tertinggi sepanjang masa di kawasan tersebut, yakni sebesar 55 triliun dolar AS yang terlihat pada kuartal II 2014, saat berurusan dengan krisis utang negara.
Menurut penelitian, tingkat utang di pasar negara berkembang naik hingga lebih dari 248 persen dari PDB, dengan Lebanon, China, Malaysia dan Turki mengalami kenaikan terbesar dalam utang sektor non-keuangan.