Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengungsi Perang Tigray Bertahan Hidup dalam Pengasingan di Sudan

Sejak pertempuran meletus antara pasukan Ethiopia dan TPLF wal musim gugur kemarin, puluhan ribu warga sipil melarikan diri ke Sudan.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
zoom-in Pengungsi Perang Tigray Bertahan Hidup dalam Pengasingan di Sudan
Bastien Renouil, France24
Sejak pertempuran meletus antara pasukan Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) awal musim gugur kemarin, puluhan ribu warga sipil melarikan diri ke perbatasan negara tetangga, Sudan. 

LSM kehabiskan selimut di daerah tersebut.

Banyak pengungsi dilaporkan terpaksa tidur di luar tanpa atap dan selimut.

Pengungsi Ethiopia yang melarikan diri dari pertempuran di wilayah Tigray berkumpul di tepi sungai perbatasan dengan Sudan
Pengungsi Ethiopia yang melarikan diri dari pertempuran di wilayah Tigray berkumpul di tepi sungai perbatasan dengan Sudan (Sky News)

Baca juga: Konflik Ethiopia: Pemberontak Tigray Diduga Hancurkan Bandara, Diberi 72 Jam untuk Menyerahkan Diri

Baca juga: Pengungsi Asal Afganistan Tewas Gantung Diri di Kamar Kosnya di Bogor

Kamp dari tahun 1980-an dibuka kembali

Untuk menampung membludaknya pengungsi yang melintasi perbatasan, Sudan membuka kembali kamp Um Rakuba.

Ini merupakan kamp pengungsi terlantar yang digunakan pada 1980-an selama perang antara Ethiopia dan Eritrea.

Kamp tersebut dapat menampung lebih dari 10.000 orang.

Baca juga: Kisah Baru Tertembaknya Dua Pesawat Siluman AS di Tengah Perang Balkan 1999

Penjelasan Singkat Perang Tigray

Berita Rekomendasi

Perang Tigray berawal pada Rabu (4/11/2020) saat Perdana Menteri (PM) Ethiopia, Abiy Ahmed memerintahkan serangan militer terhadap pasukan regional di Tigray.

BBC melaporkan,  Perdana Menteri menyebut, serangan itu adalah respons atas serangan pada perumahan militer untuk pasukan pemerintah di Tigray.

Eskalasi ini terjadi setelah pemerintahan Abiy dan pemimpin partai politik yang dominan di Tigray berseteru selama berbulan-bulan.

Hampir 30 tahun, partai politik ini berada di pusat kekuasaan, sampai Abiy menjabat pada 2018 menyusul demonstrasi anti-pemerintah.

Abiy menginginkan reformasi, tapi Tigray melawan, sehingga terjadilah krisis politik.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas