Pengungsi Perang Tigray Bertahan Hidup dalam Pengasingan di Sudan
Sejak pertempuran meletus antara pasukan Ethiopia dan TPLF wal musim gugur kemarin, puluhan ribu warga sipil melarikan diri ke Sudan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
LSM kehabiskan selimut di daerah tersebut.
Banyak pengungsi dilaporkan terpaksa tidur di luar tanpa atap dan selimut.
Baca juga: Konflik Ethiopia: Pemberontak Tigray Diduga Hancurkan Bandara, Diberi 72 Jam untuk Menyerahkan Diri
Baca juga: Pengungsi Asal Afganistan Tewas Gantung Diri di Kamar Kosnya di Bogor
Kamp dari tahun 1980-an dibuka kembali
Untuk menampung membludaknya pengungsi yang melintasi perbatasan, Sudan membuka kembali kamp Um Rakuba.
Ini merupakan kamp pengungsi terlantar yang digunakan pada 1980-an selama perang antara Ethiopia dan Eritrea.
Kamp tersebut dapat menampung lebih dari 10.000 orang.
Baca juga: Kisah Baru Tertembaknya Dua Pesawat Siluman AS di Tengah Perang Balkan 1999
Penjelasan Singkat Perang Tigray
Perang Tigray berawal pada Rabu (4/11/2020) saat Perdana Menteri (PM) Ethiopia, Abiy Ahmed memerintahkan serangan militer terhadap pasukan regional di Tigray.
BBC melaporkan, Perdana Menteri menyebut, serangan itu adalah respons atas serangan pada perumahan militer untuk pasukan pemerintah di Tigray.
Eskalasi ini terjadi setelah pemerintahan Abiy dan pemimpin partai politik yang dominan di Tigray berseteru selama berbulan-bulan.
Hampir 30 tahun, partai politik ini berada di pusat kekuasaan, sampai Abiy menjabat pada 2018 menyusul demonstrasi anti-pemerintah.
Abiy menginginkan reformasi, tapi Tigray melawan, sehingga terjadilah krisis politik.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)