Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Iran: Program Nuklir Iran Tidak Dapat Dinegosiasikan

Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan program nuklir Teheran tidak dapat dinegosiasikan.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Sanusi
zoom-in Presiden Iran: Program Nuklir Iran Tidak Dapat Dinegosiasikan
Al Jazeera
Presiden Iran Hassan Rouhani. Iran dikabarkan membuat replika kapal induk Amerika Serikat sebagai target serang dalam latihan perang. Kapal ini berada di pelabuhan selatan Bandar Abbas. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, DUBAI - Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan program nuklir Teheran tidak dapat dinegosiasikan. Rouhani menjelaskan, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden "menyadarinya dengan baik" hal tersebut.

Kemenangan Biden telah memunculkan kemungkinan Washington akan kembali bergabung dengan kesepakatan yang dicapai Iran dengan kekuatan dunia pada tahun 2015.

"Amerika berusaha selama berbulan-bulan untuk menambahkan masalah nuklir dan ini ditolak. Dan Biden tahu ini dengan baik," kata Rouhani saat konferensi pers yang disiarkan televisi, seperti dilansir Reuters, Senin (14/12/2020).

Baca juga: Profil Sahar Tabar, Selebgram Iran yang Divonis 10 Tahun Penjara, Oplas agar Mirip Angelina Jolie

Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat sejak 2018, ketika Presiden Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir, dan memberikan sanksi ekonomi yang tegas untuk menekan Teheran agar dilakukan negosiasi yang lebih ketat pada program nuklir, pengembangan rudal balistik dan dukungan untuk pasukan proksi regional.

Menlu Iran: Biden Dapat Cabut Sanksi Terhadap Teheran

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Iran akan sepenuhnya mengimplementasikan kesepakatan nuklir 2015, jika Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden mencabut sanksi terhadap Teheran.

Baca juga: Jika AS Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir Iran, Arab Saudi: Negara Teluk Harus Diajak Konsultasi

Baca juga: IRGC:Ilmuwan Nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh Dibunuh dengan Senjata Canggih yang Dikendalikan Satelit

Berita Rekomendasi

Menurut Zarif, itu dapat dilakukan dengan cepat melalui "tiga perintah eksekutif" Biden.

"Jika Biden bersedia memenuhi komitmen AS, kami juga dapat segera kembali ke komitmen penuh kami dalam kesepatan ... dan negosiasi dimungkinkan dalam kerangka P5 + 1 (enam kekuatan dunia dalam kesepatan)," kata Zarif dalam wawancara yang diposting di situs harian yang dikelola pemerintah Iran pada Rabu (18/11/2020), seperti dilansir Reuters.

"Kami siap membahas bagaimana Amerika Serikat dapat memasuki kembali kesepatan tersebut," kata Zarif.

"Situasi akan membaik dalam beberapa bulan ke depan. Biden dapat mencabut semua sanksi dengan tiga perintah eksekutif."

Joe Biden telah berjanji akan bergabung kembali dengan kesepatan 2015, yang disepakati oleh Washington ketika ia menjabat sebagai Wakil Presiden AS, jika Iran juga kembali patuh.

Namun para diplomat dan analis mengatakan itu tidak mungkin terjadi dalam semalam karena musuh yang tidak percaya akan sama-sama menginginkan komitmen tambahan satu sama lain.

Dalam kesepakatan dengan Amerika Serikat dan kekuatan dunia lainnya, Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sanksi.

Ini mulai melanggar kesepakatan nuklir setelah Presiden Donald Trump menarik diri pada 2018 dan mulai meningkatkan sanksi sepihak terhadap Teheran.

Zarif tidak menuntut kompensasi apa pun dari Amerika Serikat, tidak seperti para pemimpin seperti Presiden Hassan Rouhani yang telah menuntut imbalan atas "kerusakan" yang dialami Teheran di bawah sanksi AS yang diperbarui.

secara implisit, Ia berpendapat Washington harus membayarnya kembali untuk penghasilan minyak mereka yang hilang.

"Ini dapat dilakukan secara otomatis, dan tanpa perlu menetapkan kondisi atau persayaratan: Amerika Serikat melaksanakan tugasnya di bawah (Resolusi Dewan Keamanan) 2231 (sanksi angkat) dan kami akan menjalankan komitmen kami di bawah kesepakatan nuklir," kata Zarif dalam rekaman video wawancara yang diberitakan surat kabar.(Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas