Menkes Inggris: Varian Virus Baru Covid-19di Inggris Diduga Dari Afrika Selatan
Ini merupakan varian kedua setelah temuan strain baru yang ditemukan di Inggris tenggara pekan lalu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDN - Otoritas Inggris kini telah bergerak untuk memperluas kebijakan sistem penguncian (lockdown) terkait munculnya varian baru lainnya dari virus corona (Covid-19).
Ini merupakan varian kedua setelah temuan strain baru yang ditemukan di Inggris tenggara pekan lalu.
Strain baru ini dikabarkan lebih mudah menular dibanding yang baru saja ditemukan di negara itu, namun tidak lebih parah dari virus sebelumnya.
Baca juga: 6 Pertanyaan Kunci Soal Strain Baru Virus Corona yang Merebak di Inggris
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (24/12/2020), otoritas kesehatan Inggris telah mengidentifikasi jenis mutasi kedua dari virus corona pada Rabu kemarin.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan strain tersebut tampaknya sampai di Inggris dari Afrika Selatan.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona yang Ditemukan di Inggris Sudah Sampai di Singapura
"Kami telah mendeteksi dua kasus dari varian baru virus corona di Inggris. Varian yang lebih baru ini sangat mengkhawatirkan karena menular lebih cepat dan tampaknya telah bermutasi lebih jauh daripada varian baru sebelumnya yang dikabarkan telah ditemukan di Inggris," kata Hancock.
Ia menjelaskan, mereka yang terinfeksi varian baru virus itu pun saat ini telah dikarantina, begitu pula siapapun yang telah melakukan kontak dekat dengan mereka.
Hancock mengimbau kepada orang-orang yang baru saja bepergian ke Afrika Selatan untuk melakukan karantina mandiri.
Baca juga: UPDATE Corona 23 Desember 2020: Total Pasien Positif 685.639, Sembuh 558.703, Meninggal 20.408
Lebih lanjut ia menyebut ada lebih banyak wilayah negara, termasuk sebagian besar timur dan tenggara Inggris, akan masuk dalam penerapan kebijakan pembatasan sosial Zona Tingkat 4 (Tier 4).
Pemberlakuan kebijakan ini akan mulai diterapkan pada momen Boxing Day, 26 Desember mendatang.
Pembatasan sosial ini serupa dengan sistem penguncian (lockdown), termasuk diantaranya melakukan penutupan bisnis yang tidak penting, warga pun hanya akan diizinkan keluar untuk berbelanja makanan, olahraga, dan mengunjungi rumah sakit.
Mereka yang bekerja pun akan dipaksa untuk berdiam di rumah pula.
Hancock menekankan bahwa ia 'dengan senang hati' memberitahu kepada warga Inggris bahwa vaksin Oxford-AstraZeneca telah menyerahkan paket data lengkapnya ke Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan untuk persetujuan.
"Langkah selanjutnya adalah keputusan terkait pendistribusian vaksin yang telah diproduksi, termasuk di sini, di Inggris," jelas Hancock.
Namun ia mengaku tidak tahu berapa lama peluncuran vaksinasi lengkap itu akan berlangsung.
Perlu diketahui, otoritas Inggris saat ini sedang berjuang untuk memerangi mutasi pertama virus corona, yang keberadaannya terungkap ke publik pada awal bulan ini.
Hancock dan pejabat kesehatan lainnya di Inggris telah mendesak warga di sana untuk mengikuti aturan dan membatasi kontak sosial sebanyak mungkin karena masalah ini sangat serius.
Terlepas dari sifatnya yang lebih menular, para profesional medis telah mengindikasikan bahwa virus corona yang bermutasi ini tidak lebih berbahaya dibandingkan virus aslinya.
Pembatasan sosial yang diumumkan sebelumnya, telah memicu gelombang protes di London, 29 penangkapan pun dilakukan pada hari Sabtu saat sekitar 17.000 orang berkumpul di Lapangan Parlemen Inggris untuk melampiaskan kemarahan mereka.