Iran Minta Interpol Tangkap Donald Trump dan 47 Pejabat AS yang Berperan Bunuh Jenderal Soleimani
Pembunuhan itu dianggap melanggar hukum internasional oleh Agnes Callamard, Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang eksekusi di luar
Editor: Malvyandie Haryadi
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (4/1/2021) mengatakan upaya pengayaan uranium Iran membuktikan bahwa Iran berusaha untuk membangun senjata nuklir meskipun ada penyangkalan.
Pada Senin itu juga, media pemerintah di republik Islam itu menyebut bahwa pihaknya telah memulai proses pengayaan uranium hingga kemurnian 20 persen di fasilitas Fordow-nya.
Angka tersebut melampaui ambang batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir 2015.
Mengutip alarabiya.net, dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan langkah itu "tidak dapat dijelaskan dengan cara apapun kecuali sebagai realisasi lanjutan dari niatnya untuk mengembangkan program nuklir militer".
Baca juga: Iran Bangun Sistem Pertahanan Udara Dekat Situs Nuklirnya Antisipasi Serangan Amerika
Baca juga: Budi Gunadi Sarjana Nuklir yang Jadi Menkes? Sempat Dipertanyakan, Tapi Bukan Orang Sembarangan
"Israel tidak akan mengizinkan Iran untuk membuat senjata nuklir," tambahnya.
Israel sendiri merupakan satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah.
Negara tersebut telah lama menuding Teheran sedang mencoba untuk memperoleh persenjataan nuklirnya sendiri dan berusaha untuk menghancurkan negara Yahudi itu.
Netanyahu telah lama dan dengan keras menentang kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia untuk pencabutan sanksi internasional sebagai imbalannya membekukan apa yang dikatakannya sebagai program nuklir damai.
Tetapi pada 2018, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian dan menerapkan kembali sanksi, yang mendorong Iran untuk menarik kembali komitmennya sendiri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Incar Trump dan 47 Pejabat AS yang Berperan Bunuh Qassem Soleimani"