Serangan Massa Trump Bikin Joe Biden Marah: Itu Bukan Demo tapi Pemberontakan
Serangan massa pendukung Trump memaksa Kongres AS menunda sesi yang akan mensertifikasi kemenangan Presiden AS terpilih Joe Biden.
Editor: Malvyandie Haryadi
Kritikus menyebut upaya oleh anggota parlemen Republik itu sebagai serangan terhadap demokrasi Amerika dan supremasi hukum serta percobaan kudeta legislatif.
Dua anggota Partai Demokrat teratas di Kongres AS, Ketua DPR Nancy Pelosi dan Senator Chuck Schumer, meminta Trump untuk menyerukan ke semua pengunjuk rasa segera meninggalkan Gedung Capitol.
Saat massa menyerbu masuk, Polisi Gedung Capitol meminta kepada anggota parlemen di ruang DPR untuk mengambil masker gas dari bawah kursi mereka dan memerintahkan mereka untuk turun ke lantai demi keselamatan mereka. Petugas mencabut senjatanya saat seseorang massa mencoba memasuki ruangan DPR.
Ratusan anggota DPR, staf dan pers kemudian dievakuasi ke lokasi yang dirahasiakan.
Pejabat pemilihan dari kedua partai dan pengamat independen mengatakan, tidak ada kecurangan yang signifikan dalam pemilu 3 November 2020 lalu yang dimenangkan Biden dengan lebih dari 7 juta suara dalam pemilihan umum nasional.
Beberapa minggu telah berlalu sejak negara bagian menyelesaikan sertifikasi bahwa Biden memenangkan pemilihan dengan 306 suara Electoral College dibandingkan dengan 232 suara Trump. Tantangan luar biasa Trump terhadap kemenangan Biden telah ditolak oleh pengadilan di seluruh negeri.
"Jika pemilihan ini dibatalkan hanya dengan tuduhan dari pihak yang kalah, demokrasi kita akan memasuki spiral kematian," kata Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, yang membantu memberikan Trump beberapa pencapaian terbesarnya.
Walikota Washington Muriel Bowser memerintahkan jam malam di seluruh kota mulai pukul 6 sore.
Pasukan Garda Nasional, agen FBI, dan Dinas Rahasia AS dikerahkan untuk membantu polisi Gedung Capitol yang kewalahan.
Kekerasan itu terjadi pada hari yang sama ketika Partai Republik Trump kehilangan mayoritas di Senat AS saat mereka kalah dalam dua pemilihan putaran kedua di Georgia.
"Kami tidak akan pernah menyerah," Trump sebelumnya mengatakan kepada ribuan pendukung yang bersorak-sorai di hamparan berumput dekat Gedung Putih yang disebut Ellipse. “Kami tidak akan pernah kebobolan. Itu tidak terjadi. "
Trump meminta Pence untuk membatalkan hasil pemilihan saat dia memimpin debat di Kongres. "Jika tidak, saya akan sangat kecewa padamu," kata Trump.
Konstitusi AS tidak memberi Pence kekuatan untuk secara sepihak membatalkan hasil pemilihan, dan wakil presiden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia tidak dapat menerima atau menolak suara pemilihan secara sepihak.
Kekerasan itu mengejutkan para pemimpin dunia. "Trump dan pendukungnya harus menerima keputusan pemilih Amerika pada akhirnya dan berhenti menginjak-injak demokrasi," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.