25.000 Tentara Dikerahkan untuk Amankan Pelantikan Presiden AS Joe Biden
Jelang pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS beberapa jam lagi, suasana di Washington DC bak medan perang.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Jelang pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS beberapa jam lagi, suasana di Washington DC bak medan perang.
Momen pelantikan bakal begitu berbeda dibanding tahun sebelumnya, karena terjadi di tengah wabah Covid-19 dan perpecahan akibat politik.
Pada Selasa (19/1/2021), Biden memberikan pidato emosional sebelum dia meninggalkan kampung halamannya di Delaware, dan bertolak ke DC.
"Kita punya peluang bagus. Delaware sudah mengajarkan kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin di negara ini," kata dia.
Baca juga: Bersiap Menuju Gedung Putih, Joe Biden Menangis Ucapkan Perpisahan pada Warga Delaware
Dilansir Sky News Rabu (20/1/2021), pemandangan berbeda bakal tersaji di hadapan Joe Biden dan istrinya, Jill, saat mereka tiba di Washington DC.
Lebih dari 25.000 tentara Garda Nasional dikerahkan ke ibu kota guna mencegah potensi kerusuhan seperti yang terjadi pada 6 Januari.
Jumlah itu, hampir tiga kali lipat gabungan pasukan AS di Afghanistan, Suriah, maupun Somalia, membuat ibu kota layaknya medan perang.
Seluruh jalanan DC dilaporkan ditutup, dengan pelat beton dan kontainer truk berukuran besar dipasang menutupi area pusat.
Dinas keamanan mengungkapkan, mereka mendapatkan laporan intelijen bahwa teroris sayap kanan hendak menyasar bangunan negara.
Baca juga: Potensi Ekstremis, 12 Anggota Garda Nasional Dicopot dari Tim Keamanan Biden
Dengan keputusan pihak keamanan menutup DC, diprediksi tidak akan ada perayaan dalam pelantikan Joe Biden, di mana sebagian menonton secara virtual.
National Mall, tempat yang biasanya menjadi rujukan jika Hari Inaugurasi digelar, juga dilaporkan sudah tertutup.
Sebanyak 200.000 bendera bakal dipasang oleh pihak pengelola untuk mewakili mereka yang yang tidak bisa hadir.
Dalam pidatonya, presiden terpilih berusia 78 tahun itu bakal menekankan upaya untuk menyatukan AS yang sudah terbelah.
Mantan Senator Delaware tersebut diyakini ingin menekankan bahwa dia adalah presiden bagi semua rakyat AS, bukan untuk yang memilihnya.
Sebelum diambil sumpahnya, Biden akan mengikuti misa di mana dia menjadi presiden kedua yang beragama Katolik dalam sejarah AS.
Yang pertama, mendiang John F Kennedy, sampai harus membuat bantahan bahwa Vatikan terlalu banyak mengintervensi Gedung Putih.