Biden Resmi Jadi Presiden AS, Pendukung Trump Tetap Yakin Pilpres Curang
Ada hampir 75 juta rakyat AS yang mencoblos Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) AS November 2020 lalu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Kendati Joe Biden telah dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ( AS) pada Rabu (20/1/2021), sejumlah pendukung Donald Trump masih ada yang enggan mengakuinya.
Ada hampir 75 juta rakyat AS yang mencoblos Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) AS November 2020 lalu.
Dan ada cukup banyak di antara mereka yang berkukuh menolak kekalahan Trump.
AFP mewawancarai beberapa pendukung Trump untuk menanyakan apa yang kira-kira akan dilakukan Trump dan apa jadinya kehidpan nanti dibawah kepemimpinan Biden.
Baca juga: Video Detik-detik Saat Kamala Harris Nyaris Jatuh Terpeleset di Tangga Saat Pelantikan Wapres AS
Saya yakin mereka curang
"Ketika Trump dilantik, saya sangat bahagia," kata Gia Maxson, seorang guru yoga dan penganut Katolik yang taat dari Hickory, North Carolina, mengenang pelantikan Trump pada 2016.
"Saya menghadiri kampanye Trump. Itu adalah pengalaman yang luar biasa, membangkitkan semangat, dan positif," tambah Maxson.
Namun di satu sisi, dia menolak percaya bahwa penyerbuan Gedung Capitol pada 6 Januari lalu dilakukan oleh pendukung Trump.
Kendati banyak bukti, banyak foto, dan banyak rekaman video yang menunjukkan kerusuhan di Capitol Hill itu dilakukan oleh pendukung Trump.
Maxson menduga, kerusuhan tersebut telah diatur sedemikian rupa dengan maksud untuk menjegal Trump dan menjadikannya kambing hitam.
"Saya takut, marah, dan sangat terkejut ini bisa terjadi di Amerika," imbuh Maxson.
Biasanya, dia menonton pelantikan presiden AS yang baru. Namun tahun ini, dia memutuskan untuk tidak menontonnya.
"Saya yakin itu (hasil pilres) sepenuhnya tidak sah, saya yakin mereka menipu. Tidak mungkin Biden mendapatkan 80 juta suara," kata Maxson merujuk pada klaim penipuan yang tidak berdasar.
Maxson juga yakin Trump tidak akan pergi dari kancah perpolitikan “Negeri Uncle Sam”.
"Saya berharap partai baru dapat diluncurkan, Partai Patriot. Itu akan menjadi skenario terbaik dan akhir dari sistem dua partai,” hapar Maxson.
Pemakzulan dianggap inskontitusional
Doug McLinko, politikus dari Partai Republik, khawatir Partai Demokrat mungkin mencoba membatalkan sistem Electoral College.
"Pedesaan Amerika tidak akan memiliki suara, hanya wilayah metropolitan utama. Negara ini tidak pernah terpecah sebelumnya," kata McLinko.
McLinko menambahkan, dia mengaku bermasalah dengan kelompok kiri karena menganggap pendukung Trump sebagai neo-Nazi.
"Anda menyebut seseorang Nazi, saya rasa tidak ada frasa yang lebih buruk, namun itulah yang mereka lakukan dan selanjutnya mereka berbicara tentang memulihkan negara," ujar McLinko.
Dia juga mengkritik pemakzulan terhadap Trump yang diteken oleh DPR AS beberapa hari sebelum Biden dilantik.
“Mereka tampaknya lupa bahwa 75 juta orang memilihnya (Trump)," tambahnya sambil mempercayai bahwa Trumpisme akan tetap ada.
"Populisme nasional lebih dari Donald Trump dan itu tidak akan berhasil," imbuh McLinko.
Tidak percaya pada Biden
"Saya merasa Biden akan membatalkan semua yang telah dilakukan Trump," kata Sharon McGettrick, seorang pekerja asuransi kesehatan dari Clearwater, Florida.
Dia berharap kebijakan imigrasi yang telah dilakukan Trump untuk semakin membatasi para imigran datang ke AS seharusnya tetap dilanjutkan.
McGettrick juga meyakini bahwa pandemi Covid-19 telah diatur oleh China untuk merusak AS secara finansial.
"Tidak ada kelas menengah lagi. Anda kaya atau miskin. Saya menghasilkan 31.000 dollar AS (Rp 434 juta) setahun, yang jika Anda melihat statistik berarti saya dalam kemiskinan,” tutur McGettrick.
"Mungkin saya seharusnya tidak terlalu sombong dan berpikir bahwa dia tidak akan melakukan sesuatu untuk negara kita. Tetapi saya tidak mendapat kepercayaan pada diri Biden seperti yang saya dapatkan dari Trump," pungkasnya.
‘Trump tidak akan pergi’
Tim Hearn, seorang pemilik usaha kecil dari daerah Charlotte di Carolina Utara, menuding politikus di Washington DC lebih memilih mementingkan urusan perut daripada melayani negara.
"Trump membawa pekerjaan kembali ke AS yang dikirim ke luar negeri oleh pemerintahan sebelumnya, apakah mereka Republik atau Demokrat. Itu Amerika versus globalis," kata Hearn.
Dia juga berpikir biaya dan tarif untuk konsumsi energi akan naik di bawah pemerintahan Biden, yang dia khawatirkan akan mematikan bisnisnya.
“Kalau dia mau menaikkan upah minimum pegawai, itu akan merugikan kami juga,” tambahnya.
Hearn berpikir pemerintah Biden akan melakukan semua yang mereka bisa untuk membatalkan Trumpisme.
"Itu (Trumpisme) tidak akan hilang. Orang-orang akan tetap memiliki gerakan di dalam diri mereka," tambahnya.
"Jika Trump tidak mencalonkan diri lagi, saya pikir jika ada tempat untuk Don Jr (putra sulung Trump). Saya pikir dia satu-satunya yang bisa meneruskannya," imbuh Hearn.