Pemboman di Irak: ISIS Akui Pihaknya Berada di Balik Serangan Bom Bunuh Diri Kembar di Baghdad
ISIS mengakui bahwa pihaknya berada di balik pemboman bunuh diri kembar di Ibu Kota Irak, Baghdad pada Kamis (21/1/2021).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - ISIS mengakui bahwa pihaknya berada di balik pemboman bunuh diri kembar di Ibu Kota Irak, Baghdad pada Kamis (21/1/2021).
Pembom meledakkan diri di antara kerumunan pembeli di pasar pakaian bekas di Tayaran Square.
Sekira 32 orang tewas dan 100 lainnya terluka dalam insiden tersebut.
Pernyataan yang dirilis kantor berita kelompok militan Sunni, yang dilaporkan oleh kantor berita Amaq menerangkan, sasaran bom bunuh diri kembar itu adalah Muslim Syiah.
Mengutip BBC, pengakuan oleh kelompok jihadis, yang dibuat melalui akunnya di aplikasi Telegram, datang beberapa jam setelah serangan itu.
Baca juga: 28 Orang Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri Kembar di Baghdad Irak
Baca juga: Jelang Pelantikan Biden-Harris, Zona Hijau Ala Baghdad Diterapkan di Washington
"Dalam serangan Kamis pagi, pembom pertama bergegas ke pasar dan mengumpulkan kerumunan di sekitarnya dengan mengaku merasa sakit," kata pernyataan kementerian dalam negeri.
Seorang pemilik kios mengatakan kepada kantor berita Reuters, "dia menekan detonator di tangannya. Bom segera meledak dan orang-orang tercabik-cabik."
Lalu, menurut pernyataan Kementerian terkait, pembom kedua meledakkan dirinya saat yang lain datang untuk membantu para korban.
Para saksi mata mengatakan, pada saat kejadian, Tayaran Square masih di jam sibuk menyusul pelonggaran setelah hampir satu tahun pembatasan terkait virus corona.
Baca juga: Iran Hantam Areal Kedutaan AS di Baghdad Dengan Rudal Katyusha, 3 Orang Dikabarkan Tewas
Serangan Terbesar dalam 3 Tahun
Bom bunuh diri kembar kemarin adalah serangan bunuh diri terbesar di Baghdad selama tiga tahun.
Pemboman bunuh diri menjadi langka di Baghdad sejak ISIS dikalahkan secara militer di wilayah tersebut pada akhir 2017.
ISIS pernah menguasai sekira 88.000 kilometer persegi, wilayah dari Irak timur hingga Suriah barat dan memberlakukan aturan brutalnya pada hampir delapan juta orang.
Serangan bunuh diri mematikan terakhir di Baghdad terjadi di alun-alun yang sama pada Januari 2018, 35 orang tewas.
Baca juga: Trump Ancam Iran yang Diklaim Serang Kedubes AS di Baghdad
Baca juga: 8 Roket Targetkan Kedutaan Besar AS di Baghdad, Jelang Peringatan Meninggalnya Qassem Soleimani
Kecaman Para Pemimpin Dunia atas Pemboman di Baghdad
Presiden Irak Barham Saleh memimpin kecaman atas serangan terbaru itu.
Saleh mengatakan, pemerintah akan "berdiri teguh melawan upaya-upaya nakal untuk mengguncang negara kami".
Paus Francis, yang berencana mengunjungi Irak pada Maret 2021, mengirim pesan kepada Saleh "menyesalkan tindakan brutal yang tidak masuk akal ini".
Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (EE) dan PBB juga menyesalkan serangan itu.
Serangan 2018 terjadi hanya beberapa bulan sebelum pemilihan parlemen dan Irak merencanakan pemilihan umum lagi akhir tahun ini.
Pemerintah baru-baru ini mengumumkan bahwa pemungutan suara yang direncanakan akan dijadwal ulang dari Juni hingga Oktober, untuk memberi otoritas lebih banyak waktu untuk mendaftarkan pemilih dan partai baru.
Baca juga: AS Berencana Tutup Kedutaan di Baghdad dan Tarik Diplomatnya, Timbulkan Ketakutan akan Perang
Baca juga: Rentetan Roket Katyusha Serang Pangkalan Militer Dekat Baghdad, 3 Personel Koalisi Pimpinan AS Tewas
PBB: Militan ISIS Masih Aktif di Irak
Terlepas dari kekalahan ISIS di medan perang, sebuah laporan PBB Agustus lalu memperkirakan bahwa lebih dari 10.000 militan ISIS tetap aktif di Irak dan Suriah.
'Sel tidur' ISIS terus melancarkan pemberontakan tingkat rendah, beroperasi terutama di daerah pedesaan dan menargetkan pasukan keamanan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)