Rusia Menahan Lebih dari 3.000 Orang dalam Aksi Protes Pro-Alexei Navalny
Polisi Rusia menahan lebih dari 3.000 massa pendukung pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny yang saat ini dipenjara.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
Di alun-alun kota Pushkin, beberapa pengunjuk rasa meneriakkan "Freedom to Navalny" dan "Putin pergi!".
Seorang wanita mengatakan kepada BBC bahwa dia memutuskan untuk bergabung dengan demonstrasi karena "Rusia telah diubah menjadi kamp penjara".
Baca juga: Otoritas Rusia Tahan Alexei Navalny, Zhakarova Peringatkan Politisi Asing
Sergei Radchenko, seorang pengunjuk rasa berusia 53 tahun di Moskow,turut buka suara kepada Reuters.
"Saya lelah karena takut. Saya tidak hanya muncul untuk diri saya sendiri dan Navalny, tetapi untuk putra saya karena tidak ada masa depan di negara ini," ungkapnya.
Lyubov Sobol, seorang staf terkemuka Navalny yang telah didenda karena mendesak Rusia untuk bergabung dalam protes, mengirim cuitan di Twitter sebuah video polisi yang secara kasar menariknya dari wawancara dengan wartawan.
Beberapa pengunjuk rasa berbaris di penjara dengan keamanan tinggi tempat Navalny ditahan dan banyak yang ditangkap.
Sementara itu, satu sumber berita independen, Sota mengatakan, sedikitnya 3.000 orang telah bergabung dalam demonstrasi di kota Vladivostok, tetapi pihak berwenang setempat menyebutkan jumlahnya 500 orang.
Rekaman AFP menunjukkan polisi anti huru hara berlari ke kerumunan, dan memukuli beberapa pengunjuk rasa dengan tongkat.
Di kota Yakutsk di Siberia, peserta protes kecil melihat suhu turun hingga -50 Celcius.
Sebelum aksi unjuk rasa, pihak berwenang Rusia telah menjanjikan tindakan keras. Beberapa pembantu dekat Navalny, termasuk juru bicaranya Kira Yarmysh, ditangkap awal pekan ini.
Para pendukungnya menyerukan lebih banyak protes akhir pekan depan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)