POPULER Internasional: PM Inggris Diminta Mengundurkan Diri | China Kirim Jet Tempur ke Taiwan
Pembawa acara Good Morning Britain, Piers Morgan menyerukan agar Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengundurkan diri dari jabatannya
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Inilah rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Pembawa acara Good Morning Britain, Piers Morgan menyerukan agar Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengundurkan diri dari jabatannya, sebagai pertanggungjawaban atas penanganan Covid-19.
Sementara itu, Korea Utara dikabarkan sedang mengembangkan vaksin Covid-19 dengan menggunakan data yang mereka retas dari ilmuwan luar negeri.
Kepala Staf Presiden Iran Hassan Rouhani, Mahmoud Vaezi menyebut pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden independen dan tak akan mengikuti permintaan Israel seperti pemerintahan AS sebelumnya.
China mempertajam pesan kepada Taiwan dengan memberi peringatan bahwa kemerdekaan berarti perang.
1. Kematian Akibat Covid di Inggris Tembus 100.000, Piers Morgan Minta Boris Johnson Mengundurkan Diri
Pembawa acara Good Morning Britain, Piers Morgan menyerukan agar Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengundurkan diri dari jabatannya, sebagai pertanggungjawaban atas penanganan Covid-19.
Mengutip Herald Scotland, Piers Mogran mengatakan, "sangat menyesal" karena jumlah kematian akibat virus corona di Inggris telah melampaui 100.000 jiwa.
Dalam serangkaian komentar pedas, Piers Morgan mempertanyakan apa yang disesali Boris Johnson dan mengklaim "dia melakukan banyak hal yang salah".
"Perdana menteri menyampaikan permintaan maaf, dia mengaku sangat menyesal, sembari menundukkan kepalanya," katanya.
Baca juga: Boris Johnson Janjikan Pelonggaran Lockdown Secara Bertahap, Diawali dengan Pembukaan Sekolah
Baca juga: Boris Johnson Terapkan Lockdown Ketat di Inggris Selama 5 Pekan, akan Dibuka Kembali 8 Maret 2021
"Saya mendukung para pemimpin yang menunjukkan empati. Tapi dia minta maaf untuk apa?" ucap Piers Morgan.
"Apakah dia menyesal atas tindakan yang dia lakukan? Dilihat dari apa yang dia katakan, tidak. Dia sebenarnya tidak menyesali apa yang telah dia lakukan," tambah Piers Morgan.
"'Kami melakukan semua yang bisa kami lakukan dan akan terus melakukan semua yang kami bisa," ungkapnya.
2. Korea Utara Dilaporkan Mengembangkan Vaksin Menggunakan Data yang Diretas dari Ilmuwan Luar Negeri
Korea Utara dikabarkan sedang mengembangkan vaksin Covid-19 dengan menggunakan data yang mereka retas dari ilmuwan luar negeri.
Negara itu dikatakan telah membentuk "organisasi peretas" untuk mendapatkan informasi kunci mengenai pandemi dari negara lain, klaim Daily NK.
Sebuah sumber mengatakan kepada Daily NK, penelitian yang dilakukan oleh unit teknologi dapat digunakan untuk membuat vaksin bagi warga Korea Utara, meskipun ada klaim bahwa tidak ada satu pun kasus Covid-19 di sana.
Partai yang berkuasa telah membentuk tim spesialis bernama Bureau 325 yang ditujukan untuk meretas data virus tersebut.
Sumber itu juga mengatakan bahwa uji coba vaksin Tahap I dan Tahap II telah selesai.
Sementara uji coba Tahap III skala besar sekarang sedang berlangsung.
Tes sedang dilakukan pada para pasien di Korea Utara yang menunjukkan gejala serupa dengan orang yang menderita virus corona.
Baca juga: Korea Utara Gelar Parade Rudal Balistik Baru, Tandai Berakhirnya Kongres Partai Buruh
Baca juga: Tanya Jawab seputar Vaksin Covid-19 dengan Analis: dari Keamanan hingga Mitos
Klaim peretasan pertama kali muncul di Barat tahun lalu sebelum salah satu vaksin yang saat ini digunakan di Eropa dan AS disetujui, lapor MailOnline.
Kelompok peretas dilaporkan mengatur untuk mengakses laporan informasi Covid yang ditemukan kepada Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Kim Jong Un.
3. Iran Tolak Ancaman Aksi Militer Israel dan Sebut Pemerintahan Biden Independen
Kepala Staf Presiden Iran Hassan Rouhani, Mahmoud Vaezi menyebut pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden independen dan tak akan mengikuti permintaan Israel seperti pemerintahan AS sebelumnya.
Mengutip Al Jazeera, pernyataan ini dikeluarkan pihak Iran setelah Israel mengumumkan akan merevisi serangan terhadap Iran.
Letnan Jenderal IDF Aviv Kochavi pada Selasa (26/1/2021) mengatakan bahwa militer Israel sedang mempersiapkan "sejumlah rencana operasional, selain yang sudah di susun, dalam reaksi terhadap Iran yang meningkatkan program nuklirnya dalam beberapa bulan terakhir".
Baca juga: Iran Akan Mulai Vaksinasi Covid-19, Presiden Rouhani Rahasiakan Vaksin Asing yang Diimpor
Baca juga: Presiden Rouhani Akui Iran Senang Lihat Donald Trump Tinggalkan Jabatannya
Komentarnya dipandang sebagai ancaman bagi Biden, yang telah mengisyaratkan dia ingin memasuki kembali perjanjian nuklir bersejarah yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia pada 2015.
Mahmoud Vaezi menepis pernyataan Kochavi sebagai "perang psikologis" dan mengatakan Israel "tidak memiliki rencana atau kemampuan untuk melaksanakannya".
"Beberapa pejabat di rezim Zionis berpikir Washington akan menerima apa pun yang mereka katakan," katanya kepada wartawan pada Rabu setelah rapat kabinet.
"Tapi saya yakin pemerintahan AS yang baru memiliki kemerdekaannya sendiri, sama seperti negara lain memiliki kemerdekaannya sendiri," katanya.
Vaezi mengatakan, mantan Presiden AS Donald Trump telah menunjuk menantunya Jared Kushner, yang menenangkan Israel dan melaksanakan keinginannya di Washington.
4. China Kirim Jet Tempur ke Taiwan, Peringatkan Kemerdekaan Berarti Perang
China mempertajam pesan kepada Taiwan dengan memberi peringatan bahwa kemerdekaan berarti perang, pada Kamis lalu.
Kecaman ini muncul setelah akhir-akhir ini China meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan.
Bahkan Beijing mengatakan angkatan senjatanya akan bertindak jika ada provokasi dan campur tangan asing.
Dikutip dari Reuters, Taiwan melaporkan beberapa jet tempur dan pembom China memasuki zona identifikasi pertahanan udara barat daya akhir pekan lalu.
Diketahui China secara sepihak mengklaim Taiwan termasuk wilayah negaranya.
Melihat adanya indikasi serangan militer, Taiwan meminta Amerika Serikat untuk menghentikan China.
Baca juga: Menlu Blinken: AS Akan Bersama Negara-negara Asia Tengara Lawan Tekanan China
Baca juga: Laut China Selatan Kian Memanas, Wakil Ketua MPR: Indonesia Harus Tetap Siap Siaga
China meyakini pemerintah Taiwan yang demokratis sedang mengupayakan deklarasi kemerdekaan formal.
Walaupun sebenarnya, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, berulang kali mengatakan Taiwan telah merdeka dengan nama resmi Republik China.
Saat ditanya soal aktivitas angkatan udara baru-baru ini, juru bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian, mengatakan Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China.
Dia mengklaim kegiatan militer di Taiwan adalah upaya untuk menjaga keamanan nasional.
(Tribunnews.com)