Taliban Afghanistan Peringatkan Konsekuensi Pembatalan Penarikan Pasukan Asing
Perjanjian Doha 2020 antara AS dan Taliban menjanjikan penarikan lengkap pasukan asing dari Afghanistan pada Mei 2021.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mencapai kesepakatan damai dengan Taliban Februari 2020.
Atas dasar perjanjian tersebut akan dilakukan penarikan lengkap pasukan asing dari Afghanistan pada Mei 2021.
Juga dilakukan pembicaraan damai intra-Afghanistan, dan janji kelompok militan itu untuk tidak membiarkan Afghanistan menjadi surga bagi teroris.
Pemerintahan Biden telah mencabut komitmen pendahulunya untuk menarik semua pasukan NATO keluar dari Afghanistan pada Mei 2021.
Perkembangan ini dilaporkan kantor berita Reuters, Minggu (31/1/2021), mengutip empat pejabat senior NATO yang berbicara tanpa menyebut nama.
"Tidak akan ada penarikan penuh oleh sekutu pada akhir April," kata salah seorang pejabat dikdutip Reuters dan Sputniknews.com.
Baca juga: Perang Afghanistan: Pemerintahan Biden akan Tinjau Kesepakatan Trump dengan Taliban
Baca juga: Donald Trump, Sikap Taliban, Pilpres AS 2020, dan Masa Depan Afghanistan
Baca juga: Taliban Klaim AS telah Membombardir Rumah hingga Warga Sipil: Pelanggaran Kesepakatan
Tarik Ulur di Washington Terkait Penarikan Pasukan
Pada pertengahan Januari 2021, Pentagon mengonfirmasi telah memenuhi perintah Trump untuk mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan menjadi 2.500 tentara.
Penarikan tersebut terjadi meskipun ada upaya Kongres untuk membekukan penarikan tersebut sampai laporan 'menilai dampak' dari penarikan tersebut diselesaikan.
Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper beberapa hari setelah pemilihan November 2020, menggantikannya dengan Christopher Miller.
Pemberhentian itu terkait ketidaksepakatan tentang rencana menarik pasukan AS dari medan konflik di Afghanistan dan Irak. "Kondisi belum terpenuhi," kata sumber Reuters.
"Dengan pemerintahan AS yang baru, akan ada perubahan dalam kebijakan, rasa penarikan yang tergesa-gesa yang lazim akan ditangani dan kita bisa melihat strategi keluar yang lebih diperhitungkan," imbuhnya.
AS dan sekutu NATO-nya telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun. Mereka menginvasi negara Asia Tengah pada akhir 2001 untuk menggulingkan rezim Taliban.
Kelompok itu dianggap menyembunyikan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden. Pasukan NATO menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memburu pria itu di negara yang dilanda perang.
Pada 2011, dia ditemukan tinggal nyaman di sebuah kompleks yang aman di lingkungan kaya di Abbottabad di negara tetangga Pakistan.
Rumah yang ditinggali Osama tak jauh dari Akademi Militer Pakistan. Osama bin Laden tewas dalam serangan pasukan khusus AS Navy SEAL Team Six.
Foto atau bukti material lainnya tentang kematiannya tidak pernah dirilis. Sumber Reuters di NATO mengatakan masalah Afghanistan kemungkinan akan menjadi topik utama diskusi bulan depan.
NATO memperkirakan sekitar 10.000 tentara asing tetap ditempatkan di Afghanistan, dengan jumlah pasukan diperkirakan tidak akan berubah sampai setelah Mei 2021 meskipun ada komitmen yang dinyatakan Trump sebelum ia meninggalkan jabatan.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS bersikeras Biden tetap berkomitmen mengakhiri 'perang selamanya (di Afghanistan)' secara bertanggung jawab, tetapi juga bersikeras melindungi orang Amerika dari teroris dan ancaman lainnya .
Taliban Merasa Dikhianati, Memperingatkan Konsekuensinya
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kelompoknya tetap berkomitmen pada kesepakatan damai yang ditandatangani di Doha Februari 2020, dan tidak ingin mendengar alasan lagi dari NATO.
"Tidak diragukan lagi jika kesepakatan Doha tidak dilaksanakan akan ada konsekuensinya, dan kesalahan akan ditimpakan pada pihak yang tidak menghormati kesepakatan tersebut," katanya.
"Harapan kami juga NATO akan berpikir untuk mengakhiri perang ini dan menghindari lebih banyak alasan untuk memperpanjang perang di Afghanistan," kata Mujahid.
Perang di Afghanistan telah mengabiskan dana lebih dari $ 2 triliun, dan kematian lebih dari 2.350 personel militer AS.
Ratusan tentara koalisi NATO tewas, lebih dari 62.000 personel keamanan Afghanistan, dan puluhan ribu warga sipil Afghanistan meninggal tewas dalam peperangan itu.
Perang NATO di Afghanistan hanyalah bagian dari konflik selama beberapa generasi di negara yang dilanda perang, yang dimulai pada 1978 setelah pemerintah pro-Soviet mengambil alih kekuasaan di Kabul.
Invasi Soviet itu mendorong intervensi CIA dan menyalurkan miliaran dolar bantuan militer dan keuangan untuk kelompok Mujahidin Afghanistan.
Moskow terseret ikut campur dalam konflik pada akhir 1979 dalam upaya menyelamatkan pemerintah Kabul, yang memicu Perang Soviet-Afghanistan selama satu dekade, yang berakhir pada 1989.
Pasukan Soviet ditarik total dari Afghanistan sejak itu. Pada 1992, pemerintah Afghanistan runtuh, dan hampir sepanjang tahun 1990-an, Taliban dan milisi lainnya memecah belah negara.
Sebelum invasi AS dan NATO, Taliban menguasai hampir semua wilayah Afghanistan, termasuk Kabul.
Beberapa kelompok suku bersenjata juga menguasai teritori khusus, utamanya di pegunungan.(Tribunnews.com/Reuter/Sputniknews/xna)