Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tolak Kudeta Militer, Warga Myanmar Bunyikan Klakson dan Panci, Dokter Mogok Kerja  

Tolak kudeta militer, suara klakson dan panci bergema di kota terbesar Myanmar, Yangon, Selasa (2/1/2021) malam waktu setempat.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Tolak Kudeta Militer, Warga Myanmar Bunyikan Klakson dan Panci, Dokter Mogok Kerja  
STRINGER / AFP
Tentara berjaga di jalan yang diblokade menuju parlemen Myanmar di Naypyidaw pada 1 Februari 2021, setelah militer menahan pemimpin de facto negara itu Aung San Suu Kyi dan presiden negara itu dalam sebuah kudeta. 

TRIBUNNEWS.COM, NAYPYDAW - Suara klakson mobil bersauhut-sahutan dan panci terdengar bergema di kota terbesar Myanmar, Yangon,  Selasa (2/1/2021) malam waktu setempat.

Hal itu bagian dari aksi unjuk rasa pertama warga menolak kudeta militer yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Warga menyerukan pembebasan Suu Kyi oleh junta militer yang merebut kekuasaan pada Senin (1/2/2021).

Apalagi hingga kini militer masih menahan dan merahasiakan lokasi Suu Kyi.

Baca juga: Loyalis Sebut Aung San Suu Kyi Dalam Kondisi Baik dan Sehat

Orang-orang di Yangon memukul peralatan masak, seperti panci dan wajan, sementara yang lain membunyikan klakson mobil pada malam hari dan meneriakkan slogan anti-kudeta.

"Ini adalah tradisi Myanmar untuk mengusir karma jahat atau buruk dengan memukuli ember timah atau logam," kata warga Yangon, San Tint, seperti dilansir Reuters, Rabu (3/2/2021).

Kelompok aktivis mengeluarkan gejolak pesan di media sosial yang mendesak pengembalian pemerintahan sipil.

Berita Rekomendasi

Dokter di lebih dari 20 rumah sakit mengatakan mereka akan bergabung dengan kampanye pembangkangan sipil sebagai bentuk perlawanan atas kudeta militer.

"Kami tidak dapat menerima diktator dan pemerintah yang tidak terpilih," kata Myo Thet Oo,  satu dokter yang berpartisipasi.

Ia  mengatakan tidak akan pergi ke rumah sakit pada Rabu (3/2/2021).

Baca juga: Ambil Alih Kekuasaan, Militer Myanmar Copot 24 Menteri dan Tunjuk 11 Pengganti

Sementara itu di tempat lain, Komite eksekutif National League for Democracy (NLD) menuntut pembebasan semua tahanan "sesegera mungkin".

Mereka juga menyerukan agar militer mengakui hasil pemilu dan agar parlemen baru diizinkan untuk duduk, seperti yang telah terjadi pada hari Senin lalu.

Pejabat NLD Kyi Toe mengatakan dalam sebuah postingan di Facebook bahwa Suu Kyi "dalam kondisi sehat" dan tidak akan dipindahkan.

Sebuah posting sebelumnya mengatakan dia berada di rumahnya.

Reuters tidak dapat menghubunginya untuk informasi lebih lanjut.

Setelah terjadi kudeta, militer menyerahkan kekuasaan kepada komandannya, Jenderal Min Aung Hlaing, dan memberlakukan keadaan darurat selama setahun.

Min Aung Hlaing mengatakan dalam pertemuan pertama pemerintahan barunya pada hari Selasa bahwa tidak dapat dihindari militer harus mengambil kekuasaan setelah protes atas dugaan kecurangan pemilu tahun lalu ditolak.

“Pemilu dan penanggulangan Covid-19 menjadi prioritas junta,” katanya.

Dia sebelumnya menjanjikan pemilu yang bebas dan adil dan serah terima kekuasaan kepada pemenang, tetapi tanpa memberikan jangka waktu.

Komisi pemilihan telah menolak klaim kecurangan.

Kudeta ini menandai kedua kalinya militer menolak untuk mengakui kemenangan pemilu yang dimenangkan NLD, setelah juga menolak hasil jajak pendapat tahun 1990 yang dimaksudkan untuk membuka jalan bagi pemerintahan multi-partai.

Setelah protes massa yang dipimpin oleh biksu Buddha pada tahun 2007, para jenderal memutuskan jalan kompromi.

NLD berkuasa setelah pemilu 2015 di bawah konstitusi yang menjamin militer berperan dalam pemerintahan, termasuk beberapa kementerian utama, dan veto yang efektif tentang reformasi konstitusional.

Suu Kyi, Presiden Win Myint dan para pemimpin para pemimpin senior partai Liga Demokrasi (NLD) ditangkap pada dini hari, Senin (1/2/2021), kata juru bicara NLD Myo Nyunt kepada Reuters melalui telepon.

Kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan setidaknya 45 orang telah ditahan militer Myanmar.

Sebuah video yang diposting ke Facebook menunjukkan penangkapan anggota parlemen regional Pa Pa Han.

Suaminya memohon kepada orang-orang dengan pakaian militer berdiri di luar gerbang.

Seorang anak kecil dapat terlihat menempel di dadanya dan meratap.

Pasukan dan polisi anti huru-hara berdiri di Yangon di mana penduduk berbondong-bondong  ke pasar untuk menimbun persediaan dan yang lain berbaris di ATM untuk menarik uang tunai.

Bank menangguhkan layanan tetapi mengatakan mereka akan membuka kembali mulai Selasa (2/2/2021).

Penahanan itu muncul setelah berhari-hari ketegangan antara pemerintah sipil dan militer terjadi setelah pemilu terbaru, di mana partai Suu Kyi memenangkan 83 persen suara.

Pengambilalihan tentara akan menempatkan Myanmar "kembali di bawah kediktatoran", kata pernyataan yang telah ditulis sebelumnya di Facebook seperti mengutip Suu Kyi.

"Saya mendesak orang-orang untuk tidak menerima ini, untuk menanggapi dan dengan sepenuh hati untuk memprotes kudeta oleh militer," katanya.

Reuters tidak dapat menghubungi pejabat NLD mana pun untuk mengkonfirmasi kebenaran pernyataan tersebut.

Para pendukung militer merayakan kudeta melalui Yangon dengan truk pickup dan melambaikan bendera nasional.

"Hari ini adalah hari di mana orang-orang bahagia," kata salah seorang biksu nasionalis kepada kerumunan orang dalam video yang dipublikasikan di Facebook.

Baca juga: Presiden AS Biden Ancam Beri Sanksi Baru Setelah Kudeta Myanmar dan Penahanan Aung San Suu Kyi

Aktivis demokrasi dan pemilih NLD merasa ngeri dan marah.

Empat kelompok pemuda mengutuk kudeta itu dalam pernyataan dan berjanji untuk "berdiri bersama rakyat" tetapi tidak mengumumkan tindakan spesifik.

"Negara kami adalah burung yang baru saja belajar terbang. Tetapi sekarang tentara mematahkan sayap kami," kata aktivis mahasiswa Si Thu Tun.

Pemimpin senior NLD Win Htein mengatakan dalam sebuah postingan Facebook pengambilalihan kekuasaan oleh panglima angkatan bersenjata menunjukkan ambisinya daripada kepedulian terhadap negara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas