Soal Ujian SMA di Prefektur Saga Jepang Picu Kesalahpahaman Terkait Terorisme
Menteri meminta tidak hanya Prefektur Saga tetapi juga pemerintah daerah lainnya untuk membuat sistem untuk memverifikasi validitas pertanyaan.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kesalahpahaman terjadi mengenai teroris saat ujian sebuah SMA di Saga Jepang, Januari 2021.
Seorang muslim, pelajar SMA wanita yang ikut ujian, memprotes soal ujian tersebut.
"Dewan Pendidikan Prefektur Saga kami ingin asosiasi pendidikan mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah jangan sampai terulangnya kembali kasus kesalahpahaman tersebut," ungkap Menteri Pendidikan, Koichi Hagiuda, Selasa (2/2/2021).
Menurut Menteri sangat bahaya kalau kesalahpahaman itu sampai meluas ke kalangan internasional.
"Ini akan menjadi pesan yang salah kepada komunitas internasional. Kami akan mengkonfirmasi (tindakan pencegahan) secara menyeluruh dengan organisasi terkait selain Prefektur Saga," tambah Menteri Hagiuda.
Yuji Ochiai, pengawas pendidikan di Prefektur Saga, mengadakan konferensi pers luar biasa pada hari yang sama, Selasa (2/2/2021) dan meminta maaf atas kasus tersebut.
Baca juga: Menantunya Meninggal di Bali, Dewi Soekarno Terbang dari Tokyo Jepang Malam Nanti
Baca juga: Konsultan Jepang Ditangkap Polisi, Terkait Kasus Penipuan Berkedok Investasi di Bali
"Tidak pantas mengajukan pertanyaan yang berisi pandangan bias agama atau ekspresi yang dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang masalah internasional," kata Inspektur Ochiai.
"Saya bisa mencegahnya jika seseorang memperhatikan dan mengangkat masalah, dan saya ingin fakultas dan staf memiliki perasaan yang tajam tentang itu, tetapi itu tampaknya tidak cukup," kata dia.
Menteri Hagiuda juga menekankan, meminta tidak hanya Prefektur Saga tetapi juga pemerintah daerah lainnya untuk membuat sistem untuk memverifikasi validitas pertanyaan secara sistematis.
Ujian tiruan prefektur diadakan pada awal Januari, dan sekitar 3.100 siswa sekolah menengah pertama di prefektur tersebut mengikuti ujian.
Teks tersebut ditulis oleh seorang siswa SMA, dan sebagai cerita perjalanannya ke Mesir, terdapat deskripsi tentang anak-anak yang berjualan kartu pos, diserati kata-kata, "Jika kamu tidak bisa menghasilkan uang, pergilah ke masjid untuk makan dan menjadi teroris."
Akibat kata-kata tersebut, pelajar SMA muslim yang ikut ujian juga menjadi tersinggung dan mengajukan protes.
Baca juga: Putra PM Jepang Jadi Sorotan Media Terkait Pelanggaran Etika Menjamu Pejabat Makan Malam
Baca juga: Peneliti Jepang Temukan Spesies Baru Serranidae, Mirip Ikan yang Ditemukan di Indonesia
"Saya kaget dan kecewa membaca soal. Saya tidak ingin Anda salah paham tentang Islam," kata pelajar SMA tersebut.
Dia sangat kaget dan kecewa membaca soal itu. Islam bukanlah agama yang mendorong terorisme.
"Jika Anda memiliki pengetahuan tentang Islam, Anda menyadari bahwa ini bukanlah masalahnya. Saya tidak ingin siswa yang mengikuti ujian salah paham tentang Islam," tambahnya.
Mengenai pertanyaan ini, disebutkan bahwa 13 guru bahasa Inggris terlibat dalam persiapan dan pengecekan soal-soal ujian, tetapi tidak melihat ekspresi yang tidak pantas.
Sementara itu telah terbit buku baru "Rahasia Ninja di Jepang" berisi kehidupan nyata ninja di Jepang yang penuh misteri, mistik, ilmu beladiri luar biasa dan tak disangka adanya penguasaan ilmu hitam juga. informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.