Sekitar 120 Mantan Pejabat Partai Republik Berencana Membentuk Partai Baru Anti-Trump
Lebih dari 100 mantan pejabat Partai Republik berencana membentuk partai politik baru anti-Trump.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 100 mantan pejabat Partai Republik berencana membentuk partai politik baru anti-Trump.
Melansir Forbes, para Republikan ini tidak senang dengan sikap Partai Republik sekarang terhadap mantan Presiden Donald Trump.
Namun langkah ini dikritik juru bicara mantan presiden dan menyoroti keretakan hubungan di dalam GOP (Partai Republik).
Sejak kerusuhan di Capitol AS, sejumlah anggota Partai Republik berbalik menyerang Trump dan menjauhkan diri dari loyalis suami Melania ini.
Lebih dari 120 anggota Partai Republik melakukan rapat Zoom pekan lalu untuk membahas bagaimana memisahkan diri dari Partai Republik.
Ke-120 orang itu termasuk pejabat pemerintahan di era Bush, pemerintahan Reagan, hingga pejabat di masa Trump lapor Reuters.
Baca juga: Pengakuan Terbaru Bintang Porno Stormy Daniels Mengenai Hubungannya dengan Donald Trump
Baca juga: Kini Dimakzulkan, Trump Disebut Tak Menyesali Insiden Capitol dan Hubungan Rusak dengan Mike Pence
Banyak yang dilaporkan tidak senang dengan kegagalan partai itu dalam menghadapi upaya melawan demokrasi dari Trump.
Partai yang baru ini direncanakan akan menganut 'konservatisme berprinsip' yang mereka yakini telah ditinggalkan Trump.
Mantan kepala direktur kebijakan House Republican Conference, Evan McMullin mengatakan kepada Reuters bahwa ia menjadi tuan rumah rapat virtual itu.
Karena, kata McMullin, sebagian besar Partai Republik meradikalisasi dan mengancam demokrasi Amerika.
Banyak peserta rapat kecewa lantaran mayoritas Partai Republik mendung Trump untuk tidak mengesahkan kemenangan Joe Biden.
"Partai perlu berkomitmen kembali pada kebenaran, alasan, dan cita-cita pendiri atau jelas perlu ada sesuatu yang baru," kata McMullin.
Rencananya partai baru ini akan memasukkan kandidatnya sendiri di beberapa pemilihan pejabat serta mendukung kandidat lain, Demokrat atau Republik.
Sekitar 40% peserta rapat Zoom itu mendukung pembentukan sebuah partai baru, yang mungkin bisa disebut Partai Integritas atau Partai Kanan Tengah, kata McMullin.