Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Spiderman' Myanmar Ikut Berdemo dalam Barisan Demonstran Anti-Kudeta Militer

Namun wabah virus corona membuat rencananya tertunda dan sekarang kudeta pada 1 Februari lalu itu telah menggagalkan semuanya.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Spiderman' Myanmar Ikut Berdemo dalam Barisan Demonstran Anti-Kudeta Militer
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS
Ilustrasi Spiderman 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, YANGON -- "Spiderman" Myanmar tampak dalam demontrasi hari kedelapan menentang protes menentang kudeta militer yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Reuters melaporkan, Minggu (14/2/2021), “Spiderman” Myanmar bergabung dengan puluhan ribu orang di seluruh negeri yang menentang kudeta militer yang terjadi awal bulan ini, Senin (1/2/2021) lalu.

Sebagaiaman suara para pengujuk rasa, “Spiderman” Myanmar juga memekikkan keinginan mereka kembalinya pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.

Baca juga: Tentara Myanmar Perketat Peraturan pada Tamu yang Menginap, Polisi Buru Pengunjuk Rasa

Demonstran yang mengenakan pakaian “Spiderman” itu berusia 28 tahun, yang menggunakan nama "Spidey Htoo", baru-baru ini kembali dari Singapura untuk memulai bisnis.

Namun wabah virus corona membuat rencananya tertunda dan sekarang kudeta pada 1 Februari lalu itu telah menggagalkan semuanya.

"Kudeta itu sangat mengejutkan bagi saya," katanya.

Baca juga: Facebook Kurangi Distribusi Konten Militer Myanmar karena Dinilai Ekspos Informasi Palsu

Berita Rekomendasi

Spidey Htoo mengatakan dia mengenakan kostum superhero itu saat demonstrasi untuk ‘mengamankan dirinya” dari masalah di tengah gelombang penangkapan setelah kudeta.

Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada Jumat (14/2/2021) lebih dari 350 orang telah ditangkap di Myanmar sejak kudeta.

Suu Kyi ditahan pada hari pertama dan demonstran menuntut pembebasannya.

Spidey Htoo mengatakan partisipasinya dalam demonstrasi telah menjadi dilema bagi orang tuanya. Mereka tidak ingin berbicara, tetapi juga tidak ingin aturan militer di negara yang tinggal di ‘isolasi’ di bawah junta selama hampir 50 tahun sampai pembukaan dimulai pada tahun 2011.

Baca juga: Militer Myanmar Dilaporkan Mencoba Ambil Hati Warga Rohingya di Tengah Protes Anti-Kudeta

"Akhirnya, mereka mengizinkan saya untuk bergabung dalam aksi sipil ini," katanya.

Dengan mengenakan kostum, ia berharap dapat menarik perhatian penonton dan media, kata Spidey Htoo.

Pihak berwenang menindak keras terhadap demontrasi pada tahun 1988 dan 2007, tetapi demonstrasi terbaru sering memiliki nada yang lebih ringan dengan orang-orang yang mengenakan berbagai kostum.

Baca juga: POPULER Internasional: Trump Disebut Tak Sesali Insiden Capitol | Unjuk Rasa Myanmar Makin Bertambah

"Protes kami akan benar-benar berbeda dari protes yang lebih tua pada masa lalu ... Ide dan kreativitas kami lebih maju daripada taktik mereka. Mereka tidak bisa mengalahkan kita. Kami akan menang." katanya.

Setelah seorang wanita ditembak dalam bentrokan kekerasan dalam aksi demonstrasi pada Selasa lalu, tidak menyurutkan mereka untuk terus turun ke jalan.

Bahkan pada Rabu (9/2/2021) hingga hari berita ini diturunkan, demonstran melakukan aksi secara meriah, dengan telanjang dada, wanita dengan gaun bola dan gaun pengantin, petani dengan traktor dan orang-orang dengan hewan peliharaan mereka.

Sebelumnya pada selasa (8/2/2021), Polisi bersikap respresif terhadap demonstran yang menolak pengambil-alihan kekuasaan dari pemerintahan yang sah di bawah Aung San Suu Kyi.

Polisi melakukan tindak kekerasaan saat membubarkan demonstran, dan melakukan penembakan.

Seorang dokter mengatakan satu wanita mengalami luka tembak di bagian kepala. Dokter mengatakan wanita itu sedang kritis dan tidak mungkin selamat.

Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi kepada Junta Myanmar, Bidik 10 Petinggi Militer

Tiga orang lainnya sedang dirawat karena luka akibat tertembak peluru karet yang diduga terjadi setelah polisi menembak pendemo. Kejadian ini terjadi setelah sebelumnya polisi menembakkan meriam air untuk mencoba membubarkan demonstran di ibukota Naypyitaw.

Televisi pemerintah melaporkan korban luka-luka juga ada di pihak polisi selama upaya mereka untuk membubarkan demonstran. Laporan ini membenarkan terjadinya bentokam keras antara polisi dan demonstran di negara itu.

Insiden ini menandai pertumpahan darah pertama sejak militer, yang dipimpin oleh panglima angkatan bersenjata Jenderal Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintahan Suu Kyi yang baru terpilih pada 1 Februari dan menahannya bersama politisi lain dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Militer menuduh bahwa NLD menang dengan kecurangan - tuduhan yang dibantah oleh komite pemilihan umum.

Pada Selasa (9/2/2021) malam, polisi di Myanmar melakukan penggerebekan di markas NLD di Yangon, kata dua anggota parlemen NLD terpilih.

Penggerebekan dilakukan oleh belasan personel polisi, yang memaksa masuk ke kantor NLD.

Demonstrasi ini adalah yang terbesar di Myanmar selama lebih dari satu dekade, menghidupkan kembali kenangan hampir setengah abad lalu ketika pemerintahan militer melakukan tindakan represif dalam pemberontakan berdarah sampai militer memulai proses penarikan diri dari politik sipil pada tahun 2011.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan kepada pasukan keamanan Myanmar untuk menghormati hak rakyat untuk berunjuk rasa secara damai.

"Penggunaan kekuatan yang tidak proporsional terhadap demonstran tidak dapat diterima," ujar Perwakilan PBB di Myanmar, Ola Almgren.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan sedang meninjau bantuan ke Myanmar untuk memastikan mereka yang bertanggung jawab atas kudeta menghadapi "konsekuensi signifikan".

Luka Fatal di Kepala

Menurut laporan dari Naypyitaw, Mandalay dan kota-kota lain, banyak demonstran telah terluka, beberapa dari mereka menderita luka serius, oleh pasukan keamanan.

Seorang dokter di rumah sakit Naypyitaw mengatakan wanita yang ditembak itu telah menderita luka di kepala yang fatal.

"Dia belum meninggal, dia berada di unit gawat darurat, tetapi 100 persen yakin cedera itu fatal," kata dokter, yang menolak untuk disebutkan namanya.

"Menurut X-ray, itu peluru asli," katanya.

Baik polisi maupun rumah sakit tidak menanggapi permintaan komentar.

Seorang pria mengalami luka di dada tetapi tidak dalam kondisi kritis.

“Masih belum jelas apakah dia terkena peluru asli atau peluru karet,” kata dokter.

Berita MRTV yang dikelola pemerintahan miloiter mengatakan sebuah truk polisi telah dihancurkan para demonstran di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar. MRTV menunjukkan rekaman akibatnya, termasuk polisi yang terluka.

MRTV menggambarkan aksi protes tersebut diorkestrasi oleh orang-orang yang ingin membahayakan stabilitas bangsa dan telah bertindak agresif. MRTV tidak menyebutkan kudeta atau demonstrasi lain di seluruh negeri.

Sebelumnya, para saksi mengatakan polisi menembak ke udara di Naypyitaw untuk membubarkan demonstrasi. Polisi kemudian menembakkan meriam air, sementara para demonstran merespons dengan melemparkan batu, kata seorang saksi mata.

Video dari kota Bago, timur laut pusat komersial Yangon, menunjukkan polisi menghadapi kerumunan besar dan membubarkan dmereka dengan meriam air.

Polisi menangkap setidaknya 27 demonstran di kota terbesar kedua Mandalay, termasuk seorang jurnalis, kata organisasi media domestik.

Kerusuhan telah menghidupkan kembali kenangan hampir setengah abad pemerintahan militer yang memulai proses penarikan diri dari politik sipil pada tahun 2011, meskipun tidak pernah menyerahkan kendali keseluruhannya atas pemerintahan sipil Suu Kyi setelah memenangkan pemilu 2015.

"Kami akan terus berjuang," kata aktivis pemuda Maung Saungkha dalam sebuah pernyataan, yang seraya menyerukan pembebasan tahanan politik dan berakhirnya "kediktatoran" militer.

Para aktivis juga berjuang penghapusan konstitusi tahun 2008 yang disusun di bawah pengawasan militer yang memberi para jenderal hak veto di parlemen dan mengendalikan beberapa kementerian, dan untuk sistem federal di Myanmar yang beragam secara etnis.

Generasi aktivis yang lebih tua yang berhadapan dengan militer dalam protes berdarah 1988 lalu menyerukan aksi mogok para pekerja pemerintah selama tiga minggu.

Gerakan pembangkangan sipil, yang dipimpin oleh pekerja rumah sakit, telah mengakibatkan terjun bebasnya angka pengujian virus corona di Myanmar.

Myanmar telah menjadi salah satu negara dengan wabah virus corona terburuk di Asia Tenggara dengan 31.177 kasus kematian, dari lebih dari 141.000 kasus.(Reuters/AP)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas