Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Junta Militer Myanmar Kerahkan Pasukan ke Pembangkit Listrik, Tembaki Demonstran dan Tahan Jurnalis

Pemerintah militer atau junta mengerahkan pasukannya ke tempat pembangkit listrik. Tentara juga menembaki pengunjuk rasa hingga menahan jurnalis.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Junta Militer Myanmar Kerahkan Pasukan ke Pembangkit Listrik, Tembaki Demonstran dan Tahan Jurnalis
YE AUNG THU / AFP
Para pengunjuk rasa berkumpul di sebelah kendaraan militer yang diparkir di sepanjang jalan di pusat kota Yangon pada 15 Februari 2021, pagi hari setelah militer Myanmar memutus internet negara dan mengerahkan pasukan tambahan di seluruh negeri. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah militer Myanmar atau junta mengerahkan pasukannya ke tempat pembangkit listrik di negara bagian utara Kachin, Minggu (14/2/2021).

Channel News Asia melaporkan, kedatangan pasukan militer menyebabkan terjadinya konfrontasi antara tentara dengan para pengunjuk rasa.

Para pengunjuk rasa yakin tentara bermaksud memutus aliran listrik sehingga mereka perlu mencegah aksi tersebut.

Menurut rekaman yang disiarkan secara langsung di Facebook, tentara kemudian menembak para pengunjuk rasa untuk membubarkan kerumunan.

Tidak jelas apakah tentara menggunakan peluru karet atau tembakan langsung.

Ada pula rekaman yang disiarkan langsung dari situs konfrontasi menunjukkan dua jurnalis dari The 74 Media ditangkap bersama dengan tiga jurnalis lainnya.

Lebih lanjut, saat malam tiba, kendaraan berlapis baja muncul di Kota Yangon, Myitkyina dan Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine.

BERITA REKOMENDASI

Tayangan langsung yang disiarkan secara online oleh media berita lokal menunjukkan, kemunculan kendaraan berlapis baja itu terhitung banyak dan merupakan skala besar pertama sejak kudeta.

Adapun pemerintah dan tentara tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar terkait hal tersebut.

Tak lama setelah tengah malam, penduduk di Myanmar melaporkan layanan internet tidak dapat diakses.

Ke empat jaringan telekomunikasi tidak dapat diakses sekira pukul 1 pagi pada Senin (15/2/2021), kata mereka.

Sebagaimana diketahui, pemutusan layanan internet di seluruh negeri juga terjadi pada hari-hari awal setelah kudeta.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Kerahkan Kendaraan Tempur ke Berbagai Kota


Kedutaan Besar Uni Eropa, Inggris, Kanada dan 11 negara lainnya mengeluarkan pernyataan pada Minggu malam yang mengimbau agar tentara menahan diri melakukan tindak kekerasan terhadap pengunjuk rasa dan warga sipil.

Sementara Kedutaan Besar Amerika Serikat di Myanmar sebelumnya mendesak warganya untuk berlindung di tempat.

Mereka juga memperingatkan ada kemungkinan gangguan telekomunikasi semalam antara jam 1 pagi dan 9 pagi waktu Myanmar.

"Penghentian internet di #Myanmar sekarang berlaku lagi di semua operator besar, dilaporkan sampai pukul 09.00," kata Alex Warofka, manajer kebijakan produk untuk hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan berekspresi di Facebook dalam sebuah unggahan di Twitter setelah internet mati.

"Semoga semua orang tetap aman malam ini di tengah laporan kegiatan militer yang sangat mengkhawatirkan. #KeepItOn," lanjutnya.

Aktivis Antikudeta Dikabarkan akan Ditangkap Militer Myanmar

Diberitakan sebelumnya, beredar kabar bahwa militer Myanmar akan kembali menangkap aktivis antikudeta, Jumat (13/2/2021), Channel News Asia melaporkan.

Kali ini, seorang dokter lokal yang populer di sebuah rumah sakit di Kota Pathein diisukan menjadi target penangkapan militer.

Akibat kabar tersebut, satu kelompok orang menyerbu rumah sakit dan meneriakkan doa Buddha untuk meminta perlindungan dari bahaya.

Dia adalah Than Min Htut, dokter yang mereka khawatirkan akan ditangkap militer karena berada di pihak Aung San Suu Kyi.

Menanggapi kedatangan kelompok tersebut, Than Min Htut mengatakan, hingga kini dirinya masih bebas beraktivitas.

Dia juga masih akan terus berpartisipasi dalam kampanye menentang kekuasaan junta.

Adapun jika nanti Than Min Htut memiliki masalah, dia pasti meminta bantuan pada warga.

"Jika saya memiliki masalah, saya akan meminta bantuan kalian," kata dokter Than Min Htut.

Menurut laporan terbaru kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, setidaknya 400 orang yang memelopori aksi unjuk rasa antikudeta telah ditahan sejak penggulingan Aung San Suu Kyi, Senin (1/2/2021).

Baca juga: Takut Ditangkap Aparat, Warga Myanmar Patroli Malam Setelah Kudeta Militer

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas