Kerusuhan di Penjara Ekuador, Tahanan yang Tewas Mencapai 79 Orang
Setidaknya 79 orang tahanan tewas dalam kerusuhan di empat penjara Ekuador awal pekan ini.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 79 orang tahanan tewas dalam kerusuhan di empat penjara Ekuador Selasa (23/2/2021) lalu, 18 di antaranya bahkan dimutilasi, Daily Mail mengabarkan.
Pada Rabu (24/2/2021) waktu setempat, otoritas mengatakan kerusuhan tersebut merupakan salah satu kerusuhan berdarah paling parah dalam sejarah.
Bahkan ketika pihak berwenang mengatakan mereka telah mengendalikan situasi, kepala polisi nasional Ekuador menulis di Twitter pada Rabu malam bahwa pemberontakan baru terjadi lagi sebuah penjara di kota pelabuhan Guayaquil.
Polisi dan pasukan ditempatkan di pusat-pusat penahanan di kota Cuenca, Guayaquil dan Latacunga, di mana geng-geng pada Selasa (23/2/2021) berkelahi satu sama lain dengan pisau, pistol, dan senjata buatan tangan.
Luar penjara dipenuhi keluarga narapidana pada hari Rabu sambil berharap mendapat kabar dari orang yang mereka cintai di saat truk pickup dan mobil jenazah membawa peti mati dari penjara.
Baca juga: Fakta Unik Ekuador, Satu-satunya Negara di Dunia yang Dinamai Berdasarkan Fitur Geografisnya
Baca juga: Komunitas Adat Ekuador Larikan Diri ke Hutan Hujan Amazon, Khawatir akan Punah karena Virus Corona
Pemicu Kerusuhan
Para narapiana yang merupakan anggota geng memulai perkelahian untuk memperebutkan kepemimpinan dalam sistem penjara.
Bulan Desember lalu, seorang pemimpin Los Choneros, yang dianggap sebagai geng paling kuat di sistem, terbunuh di sebuah pusat perbelanjaan beberapa bulan setelah dibebaskan.
Beberapa konfrontasi yang pecah pada hari Selasa (23/2/2021) terjadi di area dengan keamanan maksimum di penjara Guayaquil dan Cuenca.
Semua Korban Tewas adalah Narapidana
Otoritas penjara SNAI mengatakan semua yang tewas dalam kerusuhan itu adalah tahanan.
Laporan pertama menyebutkan 50 tewas, sebelum meningkat menjadi 62 dan 79 dalam laporan terbaru.
79 narapidana yang tewas yaitu 37 orang dari kota pantai Pasifik Guayaquil, 34 di kota selatan Cuenca, dan 8 di pusat kota Latacunga.
Belasan narapidana dan polisi lainnya terluka, menurut data resmi.
Otoritas juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa telah menemukan 18 mayat yang terpotong-potong di salah satu penjara.
Kantor kejaksaan Ekuador telah memulai penyelidikan atas kerusuhan tersebut.
Kerusuhan Sempat Terjadi Lagi
Polisi menyebut kondisi sudah mulai terkendali pada hari Rabu.
"Berkat tindakan yang dilakukan antara lembaga ini dan Kepolisian Nasional, situasinya terkendali," ujar pihak berwenang dalam sebuah pernyataan.
Tetapi pada malam harinya, Patricio Carrillo, kepala polisi nasional Ekuador, memperingatkan tentang kerusuhan baru di penjara Guayaquil.
Ia mengatakan petugas bersiap untuk masuk lagi 'dengan kekuatan yang diperlukan'.
Sekitar empat jam kemudian, Carrillo menulis di Twitter bahwa 'ketertiban dan keamanan' telah dipulihkan di fasilitas itu.
SNAI telah mengkonfirmasi kerusuhan baru di Twitter, mengatakan bahwa agennya sedang berkoordinasi dengan polisi, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pernyataan Presiden Lenin Moreno
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden Lenin Moreno mengakui bahwa sistem penjara negara itu kelebihan kuota sekitar 30 persen dan kekurangan dana dan personel yang memadai.
Kerusuhan dimulai setelah pihak berwenang membongkar laboratorium pemrosesan kokain dan menyita 128 ton obat-obatan pada tahun 2020 - rekor untuk negara Andes - kata Moreno.
"Apa yang terjadi kemarin bukan kausal, itu diorganisir dari luar penjara dan diatur secara internal oleh mereka yang membantah kepemimpinan dan perdagangan narkoba di seluruh wilayah nasional," kata Moreno.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan mencari bantuan internasional dalam memerangi kejahatan terorganisir di negara itu.
Pada 2019, Moreno mendeklarasikan sistem penjara Ekuador dalam keadaan darurat setelah 24 orang tewas dalam gelombang kekerasan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)