Penanganan Covid-19 di Brasil Kacau, Mantan Presiden Sebut Kebijakan Jair Bolsonaro Bodoh
Mantan presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva mengecam Presiden Jair Bolsonaro karena menilai penanganan Covid-19 kacau.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Mantan presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, mengecam Presiden Jair Bolsonaro karena menilai penanganan Covid-19 kacau.
Lula yang memimpin Brasil dari 2003 hingga 2010 kembali ke panggung politik pada Rabu (10/3/2021), dua hari setelah dia dibebaskan dari hukuman.
Dilansir France24, kemunculan Lula akan menjadi ancaman kuat bagi kepemimpinan Presiden Bolsonaro.
Pada kemunculan pertamanya setelah hak politik dipulihkan, Lula mengecam manajemen ekonomi dan kebijakan pandemi Bolsonaro.
Dia fokus pada cara Presiden Brasil itu menangani wabah yang telah menewaskan lebih dari 266.000 orang di Brasil, tertinggi kedua setelah AS.
Baca juga: Rekor, Brasil Laporkan Lebih 2.000 Orang Meninggal Akibat Corona Dalam 24 Jam
Baca juga: Presiden Brasil Jair Bolsonaro Minta Hentikan Jarak Sosial: Covid-19 akan Berlanjut Seumur Hidup
"Negara ini tidak memiliki pemerintahan," kata Lula saat konferensi pers.
"Negara ini tidak peduli dengan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, upah, perawatan kesehatan, lingkungan, pendidikan, kaum muda," tambahnya.
Pada Rabu (10/3/2021), Brasil mencatat rekor kematian baru harian sebanyak 2.286 dalam 24 jam terakhir, kata Kementerian Kesehatan.
Diketahui, sejak awal Bolsonaro kerap meremehkan pandemi Covid-19 dan tidak menyetujui saran ahli.
"Jangan ikuti keputusan bodoh apa pun dari presiden republik atau menteri kesehatan: dapatkan vaksinasi," kata Lula.
Lula merupakan mantan pekerja logal yang memimpin serikat pekerja.
Saat menjadi Presiden Brasil, dia berhasil menggerakkan ekonomi dan dikenang karena program sosial yang membantu mengangkat puluhan juta orang dari kemiskinan.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan Lula adalah politisi dengan posisi terbaik untuk menggeser Bolsonaro dalam pemilihan Oktober 2022.
Pidato mantan presiden ini memicu reaksi langsung dari Bolsonaro.