Pengakuan Demonstran Myanmar Dipukuli dengan Senapan dan Ditembak Jarak Dekat: Itu Seperti Neraka
Beberapa pengunjuk rasa Myanmar bercerita penyiksaan yang dia alami selama sekitar 4 jam ditahan militer di Myeik, Tanintharyi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa pengunjuk rasa Myanmar bercerita penyiksaan yang dia alami selama sekitar 4 jam ditahan militer di Myeik, Tanintharyi.
"Itu adalah neraka," kata seorang demonstran pria dengan nama samaran Ko Thura (30).
Media online Myanmar, The Irrawaddy, mewawancarai dua pengunjuk rasa yang dibebaskan setelah sebelumnya mengalami penyiksaan dalam tahanan.
Sekitar 70 pengunjuk rasa, termasuk sejumlah mahasiswa, ditangkap sekitar pukul 09.00 pada Selasa (9/3/2021) di kota selatan tempat mereka berkumpul untuk memprotes rezim militer.
Para calon tahanan itu dikirim ke pangkalan udara Myeik.
Mereka dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan para demonstran pria diperintahkan untuk telanjang, menunduk, dan berlutut.
Baca juga: Lima Demonstran Tewas di Kota Myaing Myanmar
Baca juga: Satu Demonstran Antikudeta Militer Tewas di Myanmar
"Kami ada sekitar 45 orang. Mereka memukuli kami tanpa henti dengan ikat pinggang, popor senapan, pipa, tongkat kayu dan rantai," kata Ko Thura setelah dibebaskan.
Lebih lanjut Thura mengatakan, para demonstran ini diminta bernyanyi lagu revolusioner dan meneriakkan slogan anti-militer sembari dipukuli.
"Ada juga siswa SMA. Mereka memukuli kami semua selama berjam-jam. Mereka yang bertato Amay Suu (Penasihat Negara) menjadi sasaran lebih berat."
"Mereka (tentara) berkata, 'Kamu berani menyebut kami anjing militer', sambil memukul kami," jelasnya.
Ko Thura mengatakan, banyak pengunjuk rasa yang terluka parah.
Dia sendiri menderita luka memar di punggung dan lehernya sehingga tidak bisa berbaring terlentang.
Bentuk luka Thura menyerupai bentuk ikat pinggang.
Menurut laporan The Irrawaddy pada Rabu (10/3/2021), seorang mahasiswi 23 tahun mengaku ditembak dengan peluru karet dari jarak dekat tepat di belakang lehernya.
Itu terjadi tiba-tiba disaat polisi dan tentara mendobrak rumah tempat demonstran, termasuk mahasiswi itu berlindung.
"Saya duduk, menundukkan kepala dan tiba-tiba berhadapan dengan (tentara dan polisi) setelah mereka mendobrak pintu," kata mahasiswi itu.
Penggerebekan tersebut terjadi setelah aksi demo dibubarkan aparat keamanan.
"Saya tidak tahu saya telah ditembak karena suaranya terlalu keras," tambah wanita itu.
Mahasiswi ini baru menyadari dia telah ditembak dengan dua peluru karet ketika melihat darahnya mengalir.
Lebih lanjut, dia lantas dibawa ke mobil polisi dan lukanya dibiarkan selama beberapa jam.
"Mereka memaki kami (para tahanan perempuan) dan mengancam bahwa mereka dapat melakukan apa saja kepada kami atau bahkan menjual kami," kata wanita ini kepada The Irrawaddy.
"Saya mendesak pengunjuk rasa untuk lari untuk menghindari penahanan. Mereka sangat brutal," katanya.
"Tapi kami tidak bisa menyerah karena itulah yang mereka inginkan. Saya akan melakukan yang terbaik dalam gerakan protes," jelas dia.
Di hari yang sama di Yangon, keluarga politisi NLD Ko Zaw Myat Lin mendapat kabar duka bahwa Myat Lin telah meninggal setelah beberapa jam ditangkap militer.
Myat Lin bekerja di Institut Kejuruan Suu, Kota Shwe Pyi Thar, Yangon.
Istrinya mengatakan, Myat Lin menderita luka di bagian perut yang besar.
Militer mengklaim Ko Zaw Myat Lin terluka oleh benda runcing saat memanjat pagar ketika mencoba melarikan diri dari penangkapan.
Dia adalah anggota NLD kedua yang meninggal dalam tahanan.
Sebelumnya anggota NLD, U Khin Maung Latt dilaporkan meninggal setelah disiksa, beberapa jam setelah dia dibawa dari rumahnya oleh tentara dan polisi.
Setidaknya 2.000 orang telah ditahan oleh rezim dalam kudeta sejak 1 Februari 2021.
Para tahanan itu termasuk pemerintah sipil, anggota parlemen, pejabat pemilihan, pengunjuk rasa, dan pegawai negeri yang bergabung dengan gerakan anti-kudeta.
Baca juga: Suster Ann Roza Kisahkan Keberaniannya Berlutut Lindungi Demonstran di Depan Aparat Myanmar
Baca juga: Junta Militer Myanmar Tuding Aung Suu Kyi Terima Dana Ilegal 600 Ribu Dolar AS
Sekitar setengah dari kelompok yang ditangkap di Myeik pada Selasa dibebaskan sore itu.
Enam pengunjuk rasa wanita dan setidaknya 20 pria di antaranya tidak dibebaskan dan dijatuhi hukuman satu bulan penjara.
Adapun para demonstran yang dibebaskan diminta menulis pernyataan tidak melakukan demo lagi.
"Mereka (militer) bilang jika kami ditangkap kembali, keluarga kami akan mengambil mayat kami," kata Ko Thura.
Namun, dia mengatakan akan kembali ke jalan setelah pulih dari luka-luka.
Pengunjuk rasa yang disiksa ini meminta komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan AS, untuk mengambil tindakan terhadap rezim militer.
"Tentara mengatakan kepada kami untuk tidak bergantung pada bantuan dari PBB dan AS saat mereka memukuli kami."
"Tapi demokrasi harus dipulihkan. Saya tidak berani memikirkan apa yang akan terjadi jika kami tidak mendapatkannya kembali," kata Thura.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)