5 Fakta Terusan Suez, Jalur Pelayaran yang Lumpuh Total Akibat Tersangkutnya Kapal Kontainer
Simak 5 fakta menarik tentang Terusan Suez, jalur pelayaran yang tengah lumpuh total akibat tersangkutnya kapal kontainer.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kabar terjebaknya kapal raksana bermuatan kontainer di Terusan Suez beberapa waktu lalu menjadi sorotan dunia.
Pasalnya, Terusan Suez merupakan salah satu jalur transportasi layar paling sibuk di laut internasional.
Kini, jalur perlintasan tersebut menjadi lumpuh akibat kapal raksasa Ever Given atau Evergreen terjebak di Terusan Suez sejak Selasa (23/3/2021) pagi.
Dikutip dari Sky News, hingga Sabtu (27/3/2021), kapal Ever Given itu masih terjebak di Terusan Suez dan menghambat pengiriman global.
Padahal, hampir 12 persen kargo dunia melewati kanal yang berada di tengah Laut Tengah dan Laut Merah itu.
Akibatnya, kerugian yang ditaksir pun mencapai ratusan triliun setiap harinya.
Lantas apa saja fakta-fakta menarik tentang Terusan Suez?
Baca juga: FOTO - Lalu Lintas Terusan Suez Terhenti, Kapal Kontainer Ever Given Terjebak seperti Paus Terdampar
Berikut Tribunnews.com rangkum 5 fakta menarik dari Terusan Suez, dikutip dari History.com:
1. Berasal dari Mesir Kuno
Terusan Suez yang dikenal saat ini merupakan "karya" paling baru dari beberapa saluran air buatan manusia yang pernah melintasi Mesir.
Bahkan, Firaun Mesir Senusret III telah membangun saluran awal yang menghubungkan Laut Merah dan Sungai Nil sekitar tahun 1850 SM.
Selain itu, ketika Mesir di bawah pemerintahan Dinasti Ptolomeus (305 SM-30 SM), sebuah kanal juga pernah dibuat untuk menghubungkan Danau Bitter ke Laut Tengah.
Banyak tokoh sejarah termasuk Cleopatra yang disebut-sebut pernah bepergian ke sana.
Namun karena tak dirawat dengan baik dan dihancurkan oleh alasan pertimbangan militer.
2. Pertimbangan Napoleon Bonaparte
Pada abad ke-15, bangsa Eropa membayangkan sebuah jalur pelayaran yang memungkinkan kapal-kapal dagang berlayar dari Laut Tengah ke Samudera Hindia lewat Laut Merah.
Sebab, hingga saat itu semua kapal dagang dari Laut Tengah harus mengitari Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Padahal, secara otomatis jalur itu membuat durasi perjalanan menjadi lebih panjang.
Setelah menaklukkan Mesir pada 1798, Napoleon Bonaparte mengirim tim surveyor dan secara pribadi untuk menyelidiki Tanah Genting Suez, kemudian membangun kanal dari Laut Merah ke Laut Tengah.
Perancis kemudian membuat studi lanjutan terkait pembangunan kanal ini.
Pada 1854, Ferdinand de Lesseps, mantan konsul Perancis di Kairo, membuat kesepakatan dengan gubernur Ottoman di Mesir untuk membangun sebuah kanal.
Baca juga: POPULER Internasional: Fakta-fakta Konferensi Pers Joe Biden | Lalu Lintas Terusan Suez Terhenti
3. Inggris sempat menentang pembangunan
Perencanaan pembangunan Terusan Suez dimulai pada 1854 ketika Ferdinand de Lesseps, seorang diplomat Perancis dan arsitek berbicara tentang kesepakatan dengan raja muda Mesir untuk menciptakan kanal ini.
Karena kanal yang diusulkan Lesseps mendapat dukungan dari Kaisar Prancis Napoleon III, banyak negarawan Inggris menganggap pembangunannya sebagai skema politik yang dirancang untuk merusak dominasi pelayaran global mereka.
Lesseps kemudian terlibat dalam perang secara publik dengan Perdana Menteri Inggris Lord Palmerston.
Ia bahkan menantang insinyur kereta api Robert Stephenson untuk berduel setelah mengutuk proyek terusan Suez di Parlemen.
Kerajaan Inggris terus mengkritik kanal tersebut selama pembangunannya.
Tetapi kemudian membeli 44 persen saham di jalur air tersebut setelah pemerintah Mesir yang kekurangan dana melelang sahamnya pada tahun 1875.
Alhasil, Inggris menjadi pemegang saham terbesar di Perusahaan Terusan Suez.
Setahun kemudian, terusan ini menjalani beberapa perbaikan dan menjadikan satu pelayaran paling sibuk di dunia.
Akhirnya, banyak kapal-kapal yang melewati jalur ini untuk mempercepat waktu tempuh.
4. Patung Liberty dibangun untuk Terusan Suez
Ketika Terusan Suez hampir selesai pada 1869, pematung Prancis Frédéric-Auguste Bartholdi mencoba meyakinkan Ferdinand de Lesseps dan Pemerintah Mesir untuk membiarkan dia membangun patung yang rencananya ditempakan di "pintu masuk" terusan itu.
Terinspirasi oleh Colossus of Rhodes, Bartholdi membayangkan patung setinggi 27 meter sebagai seorang wanita yang menggunakan jubah petani ala Mesir dan memegang obor besar.
Fungsinya adalah sebagai mercusuar memandu kapal menuju ke kanal.
Namun, karena terkendala suatu hal, proyek ini tidak pernah terwujud.
Bartholdi terus merealisasikan idenya untuk patungnya.
Pada 1886, ia akhirnya meluncurkan versi lengkap di New York Harbor.
Secara resmi disebut "Liberty Enlightening the World," monumen itu sejak itu menjadi lebih dikenal sebagai Patung Liberty.
5. Dibangun dengan kombinasi pekerja paksa dan mesin canggih
Membangun terusan ini membutuhkan tenaga kerja yang besar.
Pemerintah awalnya menyediakan tenaga kerja dengan memaksa orang miskin untuk bekerja dengan upah minimal dengan ancaman kekerasan.
Dimulai pada akhir 1861, puluhan ribu petani menggali bagian awal kanal dengan tangan dan peralatan seadanya.
Perkembangan kanal akhirnya sangat lambat dan memakan banyak korban.s
Dihadapkan dengan kekurangan pekerja yang kritis, Lesseps dan Perusahaan Saluran Terusan Suez mengubah strategi mereka.
Mereka pun mulai menggunakan beberapa kapal keruk bertenaga uap dan bertenaga batubara untuk menggali kanal.
Teknologi baru memberi dorongan yang dibutuhkan proyek itu, dan perusahaan itu terus membuat kemajuan pesat selama dua tahun terakhir konstruksi.
(Tribunnews.com/Maliana)