Prancis Buka Kembali Kedutaannya di Libya setelah Ditutup 7 Tahun
rancis membuka kembali Kedutaannya di Libya setelah ditutup tujuh tahun, yang dipicu ketidakamanan yang melanda negara itu, setelah revolusi 2011.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Prancis membuka kembali Kedutaannya di Libya setelah ditutup tujuh tahun.
Dilansir Al Jazeera, penutupan Kedutaan Prancis di Libya dipicu ketidakamanan yang melanda negara itu, setelah revolusi 2011.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan pembukaan kembali pekan lalu, setelah pembicaraan di Paris dengan Kepala Dewan Kepresidenan Libya yang baru dilantik, Mohamed al-Manfi.
Baca juga: Mesir akan Buka Kembali Kedutaan Besar di Libya yang Ditutup Sejak 2014
Baca juga: Macron Ingin Libatkan Arab Saudi, Iran Tolak Nego Ulang Perjanjian Nuklir
Situasi Libya kacau pasca diktator Muammar Khadafi digulingkan dan dibunuh dalam pemberontakan yang didukung NATO sekira 10 tahun lalu, meninggalkan banyak pasukan yang bersaing untuk mendapatkan kekuasaan.
Sebagian besar diplomat dan orang asing lainnya meninggalkan negara di Afrika Utara itu, setelah serangan dan penculikan berulang kali.
Terutama serangan terhadap konsulat AS di kota timur Benghazi pada September 2012, yang menewaskan duta besar Amerika Chris Stevens dan tiga orang Amerika lainnya.
Baca juga: Mendagri Libya Fathi Bashaga yang Diakui PBB Lolos dari Upaya Pembunuhan
Baca juga: 8 Anggota Keluarga Ditemukan Tewas di Tengah Gurun di Libya, 13 Lainnya Hilang
Sasaran Pemboman
Kedutaan Prancis menjadi sasaran dalam pemboman mobil pada April 2013.
Dilaporkan, dua anggota polisi terluka.
Setelah itu, Kedutaan Prancis dipindahkan ke sebuah hotel sebelum dipindahkan pada Juli 2014 ke Tunis, seperti kebanyakan misi luar negeri lainnya.
Pertempuran terhenti tahun lalu dan gencatan senjata resmi pada Oktober diikuti dengan pembentukan Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang baru.
Italia telah mengembalikan kedutaannya ke Tripoli pada 2017, sementara beberapa negara lain, seperti Mesir, Yunani, dan Malta, akan mengikuti jejak Prancis.
Berita lain terkait Libya
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)