Raja Salman Undang Pemimpin Qatar ke Riyadh untuk Normalisasi Hubungan
Riyadh dan sekutunya di Timur Tengah, termasuk Mesir di Afrika Utara, memutuskan hubungan dengan Qatar pada Juni 2017.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, DOHA - Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani telah menerima surat dari Raja Salman, termasuk undangan untuk berkunjung ke Riyadh sebagai tanda terbaru perbaikan hubungan kedua negara.
Riyadh dan sekutunya di Timur Tengah, termasuk Mesir di Afrika Utara, memutuskan hubungan dengan Qatar pada Juni 2017. Mereka menuduh Doha terlalu dekat dengan Iran, dan memberi tempat bagi aktor-aktor Arab Spring.
Tuduhan itu selalu dibantah Qatar. Setelah keputusan pengakhiran hubungan diplomatic kala itu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir memberlakukan blokade darat, laut dan udara di negara Teluk itu.
Tetapi pada Januari 2021, negara-negara tersebut setuju untuk membangun kembali hubungan dengan Qatar menyusul upaya diplomatik untuk mendamaikan mereka yang dilakukan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
“Emir Qatar menerima surat dari Raja Salman, termasuk undangan untuk mengunjungi Arab Saudi,” bunyi pernyataan tertulis kantor Emir Qatar, Selasa (27/4/2021) WIB. Tidak disebutkan apakah Syekh Tamim menerima undangan itu, dan kapan kunjungan akan dilakukan.
Baca juga: Arab Saudi Isyaratkan Akhiri Konflik dan Blokade ke Qatar
Sheikh Tamim terakhir kali melakukan perjalanan ke kerajaan Saudi pada Januari untuk menghadiri KTT, yang dipandu putra raja, Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Lewat KTT ini, Doha diterima kembali ke wilayah regional. Sheikh Tamim tidak bertemu raja saat itu.
Undangan terbaru disampaikan Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, yang melakukan perjalanan ke Doha untuk bertemu dengan mitranya dari Qatar. Menurut penjelasan Kemenlu Qatar, keduanya membahas persatuan Teluk.
Sejak rekonsiliasi, telah ada langkah-langkah kehati-hatian menuju normalitas, termasuk dimulainya kembali perjalanan udara dan pembukaan kembali satu-satunya perbatasan darat Qatar dengan Arab Saudi.
Ketika pemutusan hubungan diplomatic dan pemblokadan dilakukan empat tahun lalu, Saudi dan sekutunya meminta agar Qatar menutup stasiun televisi Aljazeera. Saluran televisi itu dinilai membahayakan keamanan negara-negara kerajaan di Teluk.
Saat KTT Teluk Januari lalu, isu penutupan Al Jazeera tidak dibahas. Para pemimpin Teluk saat itu menandatangani perjanjian solidaritas dan stabilitas untuk mengakhiri keretakan diplomatik dengan Qatar.
Setelah itu, Menlu Arab Saudi mengumumkan hubungan penuh akan dilanjutkan antara Qatar dan keempat negara.
Isu Penutupan Stasiun Televisi Aljazeera
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengatakan kepada Al Jazeera, masalah penutupan jaringan tidak diangkat selama pembicaraan.
“Masalah Al Jazeera tidak diangkat. Ini adalah institusi yang kami banggakan, profesional medianya dan kehadirannya di Qatar,” katanya.