Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanggapi Biden Soal Genosida Armenia, Tokoh Turki Minta Sistem Rudal S-400 Diaktifkan

Ankara, yang menyangkal melakukan genosida, mengutuk deklarasi itu dan meminta Biden untuk membatalkannya demi kehidupan damai di wilayah tersebut.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Tanggapi Biden Soal Genosida Armenia, Tokoh Turki Minta Sistem Rudal S-400 Diaktifkan
Handout / RazmInfo/Armenian Defence Ministry / AFP
FILE - Seorang prajurit Tentara Pertahanan Karabakh menembakkan artileri ke arah posisi Azeri selama pertempuran yang sedang berlangsung di wilayah Nagorno-Karabakh pada 4 Oktober 2020. 

TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Pemimpin Partai Gerakan Nasionalis (MHP), politisi sayap kanan Turki, Devlet Bahceli, meminta pemerintah mengaktifkan sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia.

Cara itu ditempuh sebagai balasan atas pernyataan Presiden AS Joe Biden yang mengakui pembantaian orang-orang Armenia di Kekaisaran Ottoman pada 1915 sebagai genosida.

"Menurut Pasal 11 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Biden melakukan kejahatan yang memicu kebencian,” tuduh Bahcelli.

“Sebagai tanggapan, tugas pertama kami adalah mengaktifkan S-400 dan menuntut pengembalian dana untuk (pembelian) F-35. Hubungan dengan AS sekarang berada di persimpangan bersejarah," lanjut Bahceli di parlemen.

Laporan ini dikutip Sputniknews dan FARS News, Rabu (28/4/2021). MHP berkoalisi dengan Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa.

Baca juga: Apa itu Genosida Armenia? Berikut Riwayat Singkat Sejarahnya

Baca juga: Joe Biden Resmi Menyatakan Pembantaian Armenia 1915 sebagai Genosida, Turki Tidak Terima

Pada 24 April saat Hari Peringatan Armenia, Biden mendeklarasikan rakyat Amerika menghormati semua orang Armenia yang tewas dalam genosida yang dimulai 106 tahun lalu hari ini.

Ankara, yang menyangkal melakukan genosida, mengutuk deklarasi itu dan meminta Biden untuk membatalkannya demi kehidupan damai di wilayah tersebut.

BERITA TERKAIT

Di Turki, demonstran berkumpul di luar Pangkalan Udara Incirlik, tempat pasukan AS ditempatkan di pangkalan NATO itu.

Pengunjukrasa menuntut pihak berwenang Turki menutup fasilitas militer dan mengusir pasukan AS  sebagai tanggapan atas keputusan Washington mengakui genosida Armenia.

Protes itu diorganisir kelompok sayap lokal Persatuan Pemuda Turki (TGB), yang menyebut pengakuan Biden atas genosida itu "ilegal dan tidak sah secara hukum".

Para demonstran membawa bendera dan spanduk Turki bertuliskan "keluar dari NATO - musuh Ataturk", "Tutup Incirlik untuk AS", dan "Tidak untuk NATO. Ini adalah tanah kami!"

Keputusan Biden dikecam keras Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai "tidak berdasar" dan "mengecewakan".

Dia menyatakan langkah itu akan memiliki "dampak destruktif" pada hubungan AS-Turki, tetapi tidak merinci dampaknya.

Ankara menggambarkan deportasi dan kematian orang-orang Armenia dalam periode bersejarah itu sebagai tanggapan Kekaisaran Ottoman terhadap pemberontakan Armenia.

Turki menegaskan pemerintah saat itu tidak pernah memerintahkan pembunuhan sistematis terhadap etnis Armenia yang mendiami wilayah luas yang dulu disebut Asia Kecil.

Makna Pengakuan AS Atas Genosida Armenia

Genosida merupakan istilah yang memiliki makna pembantaian kelompok etnis/ras tertentu yang dilakukan secara sistematis dan jumlah banyak.

Joe Biden menjadi pemimpin pertama AS yang secara resmi menyatakan hal ini. Pernyataan ini ditunggu jutaan warga Armenia yang terdiaspora ke berbagai negara, atau tinggal di berbagai wilayah Armenia yang kini dikuasai negara lain.

"Setiap tahun, pada hari ini, kami mengenang kehidupan semua orang yang tewas dalam genosida Armenia era Ottoman dan berkomitmen kembali untuk mencegah kekejaman seperti itu terjadi lagi," bunyi pernyataan Joe Biden yang dirilis pada Hari Peringatan Genosida Armenia.

Deklarasi pernyatan Joe Biden tersebut muncul di tengah hubungan yang tegang antara Amerika Serikat dan Turki. Disinyalir deklarasi tersebut akan semakin merusak hubungan antara sekutu NATO.

Turki telah mengakui kematian orang-orang Armenia di Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I, tetapi dengan tegas membantah pembunuhan itu sistematis. Turki menganggap hal tersebut bukan genosida.

Lantas, mengapa penryataan Joe Biden ini menjadi benar-benar penting bagi rakyat Armenia?  Charles Mahtesian, editor senior politik di majalah daring Politico mendedahkan konteks isu yang bertahun-tahun jadi pembahasan global ini.

“Ini tindakan sederhana yang tidak memiliki konsekuensi hukum. Namun ini langkah berani Biden, yang telah melampaui apa yang pernah ingin dilakukan Presiden Amerika mana pun,” tulis Charles di kolom Politico, Selasa (27/4/2021).

“Hingga saat ini, para presiden telah secara resmi menolak istilah "genosida" karena takut memicu reaksi Turki, yang dengan tegas membantahnya,” lanjutnya.

Menurut Turki, kekerasan era Perang Dunia I antara Muslim Ottoman dan Kristen Armenia menyebabkan korban besar di kedua sisi.

Namun, menurut sebagian besar sejarawan, buktinya jelas Turki terlibat dalam kampanye pembersihan etnis selama bertahun-tahun yang mencakup parade pembunuhan massal dan aksi yang menyebabkan kelaparan massal.

Pernyataan Biden merupakan langkah penting memenuhi komitmen Amerika terhadap hak asasi manusia di seluruh dunia. Di dalam negeri, Biden berusaha menutup luka di batin warga Armenia Amerika.

Setiap orang Amerika keturunan Armenia menurut Charles Mahtesian, bahkan setiap orang Armenia di diaspora global, hidup dihantui genosida Armenia.

“Kami mempelajari kisah-kisah keluarga yang mengerikan sejak usia dini. Kami diperlihatkan foto-foto yang tidak pernah bisa kami lupakan. Latar kehidupan kita adalah Der Voghormia, himne liturgi yang menghantui, "Tuhan kasihanilah" lanjut Mahtesian.

Apa yang mengikat warga Armenia menurutnya tak hanya kebanggaan dan kegembiraan dalam warisan kuno mereka.

Tetapi juga rasa kesedihan bersama atas bagian brutal dari urusan sejarah yang belum selesai. Apakah itu komunitas Armenia Amerika di California atau Boston atau Chicago atau Detroit atau Philadelphia atau di mana pun, telah terjebak masa berkabung tanpa akhir.

Amerika menempati peran penting dan positif dalam tragedi epik ini. Para misionaris dan diplomatnya termasuk di antara mereka yang berani memberikan peringatan tentang kekejaman yang terjadi ribuan mil jauhnya kepada orang-orang Kristen yang kurang dikenal.

Itu berfungsi sebagai perlindungan bagi korban genosida yang tak terhitung jumlahnya. Mereka yang cukup beruntung untuk pergi ke Amerika bersyukur sampai hari-hari kematian mereka.

AS memberi mereka begitu banyak  kesempatan untuk pulih, membangun kembali, hidup tanpa rasa takut.

“Itu adalah suar mereka di dunia yang sangat kejam dan penuh pembunuhan, tempat yang memberi mereka lebih banyak kesempatan dan harapan daripada yang bisa mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya,” kata Charles Mahtesian di kolomnya.

Ia punya pengalaman serupa. Kakeknya seorang di antara para survivor genosida. Kakek Mahtesian tiba di AS sebagai seorang remaja yatim piatu tanpa uang sepeser pun, datang dari belahan dunia lain.

Ia satu-satunya di keluarganya yang berhasil keluar hidup-hidup dari wilayah Ottoman. Kecintaannya pada Amerika akhirnya membara begitu terang sehingga dia dengan bangga mengirim kedua putranya untuk berperang demi negara angkatnya.

Orang yang selamat seperti kakeknya, terlalu trauma untuk melihat ke belakang, karena takut akan apa yang mungkin mereka lihat. Tidak ada waktu untuk fokus pada masa lalu; mereka terlalu tenggelam dalam perjuangan imigran.

Mereka meninggalkan beban itu untuk generasi yang akan datang. Tetapi mereka belum mendapatkan peneuguhan dari AS terkait genosida itu. Jerman, Prancis, Rusia sudah menyatakan pembunuhan Ottoman itu genosida yang disponsori negara.

Tapi bukan Amerika yang menyatakannya. Di AS, upaya untuk mengamankan deklarasi itu dihentikan sebagai upaya penyelesaian beberapa perselisihan suku lama, perselisihan yang tidak memiliki bisnis di Amerika.

Namun, ada alasan kuat untuk menggunakan otoritas moralnya dengan mencirikan tindakan Turki terhadap rakyat Armenia dalam istilah yang jelas dan tidak ambigu.

“Ini adalah genosida modern pertama, begitu licik dan efektif dalam rancangannya sehingga bahkan Adolf Hitler pun membicarakannya dengan kagum,” tambah Mahtesian.

"Siapa, bagaimanapun juga, yang berbicara hari ini tentang pemusnahan orang-orang Armenia?" Hitler berkata dalam pidatonya Obersalzberg yang terkenal pada 1939, satu minggu sebelum invasi Jerman ke Polandia.

Gagal menyebut genosida dengan namanya memungkinkan dan mendorong pertumbuhan kompleks industri penyangkal genosida, yang didanai kepentingan Turki.(Tribunnews.com/FARS/RIANovosti/Politico/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas