Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ledakan Terjadi di Pangkalan Udara Myanmar Setelah Diserang Roket

Dia juga memposting video yang menyertakan suara yang memperdengarkan bunyi roket terbang di atas kepala diikuti oleh ledakan.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ledakan Terjadi di Pangkalan Udara Myanmar Setelah Diserang Roket
YE AUNG THU / AFP
Para pengunjuk rasa berkumpul di sebelah kendaraan militer yang diparkir di sepanjang jalan di pusat kota Yangon pada 15 Februari 2021, pagi hari setelah militer Myanmar memutus internet negara dan mengerahkan pasukan tambahan di seluruh negeri. 

TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Orang tak dikenal melancarkan serangan di dua pangkalan udara Myanmar pada Kamis (29/4/2021).

Seperti dilansir Reuters  dari media lokal, dilaporkan terjadi ledakan di satu pangkalan dan tembakan roket terlihat di pangkalan lain.

Serangan datang setelah tiga bulan kekacauan di Myanmar dipicu oleh kudeta pada militer 1 Februari lalu.

Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atau mengkonfirmasi apa pun tentang korban dalam serangan itu.

Seorang juru bicara militer Myanmar tidak menjawab panggilan untuk dimintai keterangan terkait insiden tersebut.

Dalam serangan pertama pada hari Kamis, tiga ledakan meledak di pangkalan udara dekat kota pusat Magway pada dini hari, Kantor Berita Delta melaporkan dalam sebuah postingan di Facebook.

Kemudian, lima roket ditembakkan ke salah satu pangkalan udara utama negara itu, di Meiktila, di timur laut Magway, reporter Than Win Hlaing, yang berada di dekat pangkalan pada saat itu, mengatakan dalam sebuah laporan.

Berita Rekomendasi

Dia juga memposting video yang menyertakan suara yang memperdengarkan bunyi roket terbang di atas kepala diikuti oleh ledakan.

Dilaporkan dua pangkalan udara itu diserang ketika militer Myanmar melancarkan serangan udara untuk hari kedua berturut-turut ke basis wilayah yang dikuasai pemberontak.

Pada Rabu (28/4/2021), seorang pejabat Thailand mengonfirmasi serangan itu setelah mendengar suara tembakan pertempuran meningkat di sepanjang perbatasan.

Pasukan Etnis Karen Kuasai Pangkalan Militer Myanmar di Perbatasan dengan Thailand

Milisi Persatuan Nasional Karen (KNU) menguasai pos terdepan militer Myanmar yang dekat dengan perbatasan dengan Thailand pada selasa (27/4/2021).

Hal itu disampaikan kepala urusan luar negeri kelompok bersenjata, Padoh Saw Taw Nee, kepada Reuters, Selasa (27/4/2021).

Sebelumnya pecah pertempuran hebat antara militer Myanmar dan pasukan etnis Karen pada selasa dini hari.

Penduduk desa di seberang Sungai Salween di Thailand melaporkan terjadi baku tembak hebat sejak sebelum matahari terbit. 

“Pasukan KNU berhasil  merebut pos terdepan militer  Myanmar pukul 05.00  hingga 06.00,” jelas Padoh Saw Taw Nee.

Dia mengatakan kamp telah ditempati dan dibakar serta kelompok itu masih memeriksa jumlah korban tewas dan korban luka yang jatuh dalam pertempuran tersebut.

Pertempuran sengit ini terjadi dua hari setelah setelah para pemimpin Asia Tenggara (ASEAN) mengatakan mereka telah mencapai konsensus dengan junta tentang mengakhiri kekerasan.

Warga Sipil Tewas Ditembak Mati Militer

 Aparat keamanan Myanmar menembak mati seorang pria di kota kedua Mandalay pada hari Senin (26/4/2021), media nasional melaporkan.

Jatuhnya korban jiwa dari warga sipil itu terjadi dua hari setelah para pemimpin Asia Tenggara (ASEAN) mengatakan mereka telah mencapai konsensus dengan junta tentang mengakhiri kekerasan.

Pria itu ditembak mati di sebuah toko nasi goreng di Mandalay pada Senin malam dan beberapa orang lainnya terluka, tiga media Myanmar melaporkan, seperti dilansir Reuters,Seasa (27/4/2021).

Kantor berita Mizzima juga mengatakan seorang wanita telah ditembak mati di sepeda motor di kota selatan Dawei.

Seorang juru bicara junta tidak segera menanggapi.

Dengan sebagian besar akses internet dipotong dan pergerakan jurnalis dibatasi, Reuters tidak dapat mengkonfirmasi insiden itu secara independen.

Sebuah kelompok pemantau aktivis mengatakan lebih dari 750 orang telah terbunuh oleh pasukan keamanan ketika para jenderal melepaskan kekuatan mematikan dalam menghadapi aksi protes berkelanjutan terhadap kudeta 1 Februari.

Jenderal Senior Min Aung Hlaing mencapai kesepakatan pada pertemuan puncak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Indonesia pada akhir pekan dengan langkah-langkah untuk membawa perdamaian.

Namun pemimpin junta militer tidak tunduk pada seruan untuk membebaskan tahanan politik, termasuk pemimpin pemerintah sipil yang dikudeta, Aung San Suu Kyi, dan kesepatan ASEAN tidak memiliki garis waktu untuk mengakhiri krisis.

Para aktivis mengkritik perjanjian yang dihasilkan  pertemuan ASEAN, yang disebut konsensus lima poin yang mencakup akhiri kekerasan, memulai dialog di antara semua pihak, menerima bantuan, dan menunjuk utusan khusus ASEAN yang akan mengunjungi Myanmar.

"Kami menyayangkan fakta bahwa konsensus tercapai tanpa representasi yang sah dari rakyat Myanmar," kata sebuah pernyataan atas nama lebih dari 400 kelompok masyarakat sipil Myanmar, yang mengatakan ASEAN harus mendorong junta untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah persatuan sipil.

Militer belum secara resmi mengomentari hasil pertemuan itu tetapi penyiar televisi pemerintah, mengutip dewan militer yang berkuasa dalam buletin utamanya, mengatakan: "Beberapa fakta dari ASEAN adalah kontribusi yang baik sehingga kami akan mempertimbangkan itu."(Reuters/The Straits Times)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas