Masyarakat India Putus Asa Cari Bantuan Oksigen, Pejabat Justru Klaim Tak Ada Kekurangan
Seorang pejabat India terus mengklaim India tak kekurangan oksigen saat masyarakat putus asa mencari bantuan oksigen.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat senior dari pemerintah federal India mengatakan, tidak ada kekurangan oksigen di New Delhi maupun di daerah lain di India, pada Senin (3/5/2021).
Padahal, di saat bersamaan, beberapa rumah sakit yang tak jauh dari Ibukota mengirim pesan putus asa karena kehabisan oksigen yang membahayakan nyawa pasien.
Anak-anak yang terpapar Covid-19 di salah satu rumah sakit India akhirnya mendapat persediaan oksigen tepat waktu, setelah seorang politisi lokal turun tangan.
Hal ini dibenarkan oleh kepala dokter spesialis anak di rumah sakit tersebut.
Namun, ia menyayangkan sikap pemerintah federal yang berulang kali menegaskan tidak ada kekurangan oksigen di India.
Baca juga: Warga India Berlarian Cari Oksigen, Ternyata Anggaran untuk Sektor Kesehatan di India Hanya 1 Persen
Baca juga: Lonjakan Covid-19 di India, Ilmuwan Peringatkan Gelombang Selanjutnya
Pejabat senior dari Kementerian Dalam Negeri India, Piyush Goyal menyebut, India tidak kekurangan oksigen.
Menurutnya, pasokan oksigen untuk masyarakat hanya mengalami sedikit masalah pengiriman.
"Kami hanya menghadapi masalah dalam pengirimannya," kata Piyush Goyal, dikutip dari BBC.
Piyush Goyal juga menyarankan agar rumah sakit memastikan penggunaan oksigen dengan bijak yang sesuai dengan aturannya.
Sementara, beberapa dokter yang telah berbicara dengan BBC mengatakan, mereka memberikan oksigen hanya kepada pasien yang membutuhkannya, tetapi jumlahnya tidak cukup.
Di sisi lain, para ahli mengatakan, kekurangan oksigen menjadi salah satu masalah yang menunjukkan pemerintah federal dan negara bagian tidak siap menghadapi tsunami Covid-19.
Padahal, sebelumnya peringatan untuk menghadapi ancaman Covid-19 sudah berkali-kali disampaikan.
Pada November 2020 lalu, komite tetap parlemen untuk kesehatan mengatakan, ada pasokan oksigen yang tidak memadai dan tempat tidur rumah sakit pemerintah yang sangat tidak memadai.
Pada Februari 2021, beberapa ahli mengatakan kepada BBC, mereka mengkhawatirkan 'tsunami Covid-19' yang akan datang.
Baca juga: Pasien Covid Tembus 20 juta, Oposisi India Serukan Lockdown Total
Pada awal Maret 2021, sekelompok ilmuwan ahli, yang dibentuk oleh pemerintah, memperingatkan para pejabat tentang varian virus korona yang lebih menular yang menyebar di India.
Namun, pemerintah India belum berkomentar mengenai berbagai pernyataan tersebut.
Bahkan, pada 8 Maret 2021, Menteri Kesehatan India justru mengumumkan negaranya berada dalam "endgame of pandemic".
Krematorium di India Kolaps
Sebelumnya diberitakan, New Delhi menghadapi lonjakan pasien Covid-19 yang tidak tertolong hingga membuat krematorium kolaps dan kehabisan ruangan.
Pejabat di New Delhi pun didesak untuk menemukan lebih banyak situs untuk melakukan kremasi.
Hal itu lantaran kamar mayat di rumah sakit hingga krematorium telah dipenuhi oleh pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
Saking penuhnya, seorang petugas polisi senior New Delhi mengatakan, orang-orang harus mengkremasi anggota keluarga yang meninggal bukan karena virus di krematorium khusus Covid-19.
"Itu sebabnya kami menyarankan lebih banyak krematorium harus didirikan," kata petugas itu kepada saluran berita NDTV.
Warga Negara Indonesia (WNI) di India, Mohd. Agoes Aufiya membenarkan krematorium di India yang sudah kolaps.
Bahkan, terdapat lahan parkir yang beralih fungsi menjadi krematorium.
"Yang sebelumnya berfungsi jadi tempat parkir menjadi tempat krematorium di luar bangunan."
"Ini yang dilakukan pemerintah saat ini untuk mengatasi lonjakan jenazah yang ada," tutur Agoes dalam talkshow Tribunnews.com, Sabtu (1/5/2021).
Mahasiswa Jawaharlal Nehru University (JNU) ini mengatakan, rumah sakit di New Delhi semuanya melebihi kapasitas atau overload.
Pemandangan pasien ada di luar rumah sakit lantaran terlalu penuh pun dapat terlihat.
"Bahkan ada yang juga sampai meninggal dunia karena tidak tertangani."
"Dan dengan kenaikan angka masyarakat yang terdampak Covid dan meninggal dunia juga berpengaruh terkait yaitu jumlah krematorium," ucapnya.
Sehingga membuat antrean di krematorium.
Karena itu, pemerintah New Delhi berinisiatif untuk menambah ruang luar untuk kremasi.
"Yang mana saat ini begitu terbatas sebelumnya sempat terlihat antrean untuk kremasi atau pembakaran mayat," ucapnya.
Lebih lanjut, pesawat militer AS yang membawa pasokan medis darurat mendarat di Delhi pada Jumat pagi.
Pesawat tersebut membawa hampir satu juta tes Covid cepat dan 100.000 masker N95.
Direktur Eksekutif Satuan Tugas Covid di Badan Pembangunan Internasional AS, Jeremy Konyndyk mengatakan, prioritas pertama mereka adalah untuk menangani "kebutuhan darurat" India yang paling mendesak.
Baca juga: India Disarankan Berlakukan Lockdown Beberapa Minggu dan Bangun Rumah Sakit Sementara Seperti China
Ia juga menyebut, Gedung Putih akan menyumbangkan total 15 juta masker N95.
Selain AS, Inggris juga menyumbangkan ventilator ke India awal pekan ini.
Meski bantuan pasokan medis dari berbagai negara telah tiba, pasokan oksigen dan kesediaan tempat tidur rumah sakit masih sangat terbatas di seluruh India.
Banyak ahli di India juga mengatakan, pasokan medis yang dibutuhkan jauh lebih banyak.
Pada hari Selasa, Dr Zarir Udwadia yang berbasis di Mumbai mengatakan, bantuan yang ditawarkan seperti setetes air di lautan.
(Tribunnews.com/Maliana/Dennis Destryawan)
Simak berita lain terkait Covid-19 di India
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.