Tiga Tawanan Kamp Guantanamo Dibebaskan Setelah Bertahun Dipenjara Tanpa Dakwaan
Kamp Guantanamo berada di Kuba, dan dibangun sebagai fasilitas penahanan ratusan orang yang dituduh pelaku terorisme kelas berat.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, GUANTANAMO BAY – Pemerintahan Presiden Joe Biden menyetujui pembebasan tiga narapidana dari fasilitas penjara khusus Teluk Guantanamo.
Belum diketahui ke mana ketiga narapidana akan dipindahkan, karena Departemen Luar Negeri masih harus merundingkan langkah-langkah keamanan dengan negara-negara yang akan membawa mereka.
Juga tidak jelas batasan apa yang akan diberlakukan pada para tahanan setelah mereka meninggalkan Kuba, untuk tetap ditahan atau dibebaskan dalam kondisi tertentu.
Dua pemerintahan AS secara berturut berjanji membubarkan penjara militer Teluk Guantanamo, yang dibangunsetelah peristiwa tragis 11 September 2001.
Penjara ini menampung apa yang pada saat itu disebut sebagai penjahat paling berbahaya di dunia. Fasilitas penahanan terkenal, sampai saat ini, hanya menampung 40 tahanan dari berbagai negara konflik.
Kebanyakan ditangkap di Afghanistan dan sekitarnya. Ridwan Isamudin alias Hambali, WNI asal Cianjur diketahui turut ditahan di lokasi ini.
Baca juga: Hambali WNI Tersangka Terorisme yang Ditahan di Guantanamo, Mulai Sakit-sakitan Menjelang Pengadilan
Hambali, pentolan Jamaah Islamiyah, dikenal sebagai otak di balik aksi pengeboman serentak malam Natal 2000 di berbagai pulau di Indonesia.
Tiga tahanan yang dilaporkan dibebaskan terdiri Saifullah Paracha yang berusia 73 tahun dari Pakistan, yang ditangkap di Thailand pada 2003.
Ia disangka memiliki hubungan ke kelompok pelaku serangan 9/11. Tahanan kedua bernama Abdul Rabbani yang berusia 54 tahun.
Ia warga negara Pakistan, dan berusia 40 tahun. Tahanan ketiga berasal dari Yaman, Utsman Abdul al-Rahim Utsman. Ia disebut pengawal Osama bin Laden.
Selama dua dekade penahanan, tidak ada tuntutan resmi yang diajukan terhadap mereka. Keputusan untuk melepaskan ketiganya dilaporkan dibuat minggu lalu oleh pejabat tinggi keamanan AS.
New York Times menyebut keputusan ini diambil bersama oleh jaksa agung, direktur intelijen nasional, kepala staf gabungan, menteri pertahanan, dan keamanan dalam negeri.
Menurut surat kabar tersebut, dewan yang mengawasi penilaian ancaman sebelumnya merekomendasikan enam tahanan lain untuk dipindahkan ke negara lain.
Bulan lalu, Kamp 7 Guantanamo, yang pernah menjadi salah satu bagian penjara paling rahasia, dengan tahanan yang sangat berharga, ditutup.