Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BREAKING Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata

Israel dan militan Palestina sepakati gencatan senjata untuk mengakhiri konflik yang berlangsung 11 hari terakhir.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
zoom-in BREAKING Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata
MOHAMMED ABED / AFP
Seorang pria mengibarkan bendera Palestina ketika yang lain mengibarkan tanda V untuk kemenangan saat mereka merayakan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir antara Israel dan dua kelompok bersenjata utama Palestina di Gaza pada 20 Mei 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Israel dan militan Palestina sepakati gencatan senjata untuk mengakhiri konflik yang berlangsung 11 hari terakhir.

Dilansir The Guardian, setidaknya 230 warga yang tinggal di Gaza dan 12 orang Israel tewas dalam serangan tersebut.

Gencatan senjata mulai berlaku Jumat (21/5/2021) pukul 2 pagi waktu setempat, atau pukul 06.00 WIB.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa kabinet telah menyetujui gencatan senjata "timbal balik dan tanpa syarat" yang diusulkan oleh Mesir yang telah menengahi pembicaraan.

Hamas dan Jihad Islam juga mengonfirmasi kesepakatan "bersama dan simultan" tersebut.

Baca juga: Pejabat Hamas Prediksi Gencatan Senjata Israel-Palestina akan Segera Terjadi: Mungkin dalam 24 Jam

Baca juga: Panggilan Telepon Keempat Biden dan Netanyahu, Bahas Jalan Menuju Gencatan Senjata Israel-Palestina

Seorang pria mengibarkan bendera Palestina ketika yang lain mengibarkan tanda V untuk kemenangan saat mereka merayakan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir antara Israel dan dua kelompok bersenjata utama Palestina di Gaza pada 20 Mei 2021.
Seorang pria mengibarkan bendera Palestina ketika yang lain mengibarkan tanda V untuk kemenangan saat mereka merayakan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir antara Israel dan dua kelompok bersenjata utama Palestina di Gaza pada 20 Mei 2021. (MOHAMMED ABED / AFP)

Semenjak pertempuran dimulai pada 10 Mei, pejabat kesehatan Palestina mengatakan 232 orang - termasuk 65 anak - telah tewas dalam pemboman udara yang menghancurkan Gaza.

Otoritas Israel menyebutkan korban tewas hingga saat ini pada 12 di Israel, di mana serangan roket berulang kali telah menyebabkan kepanikan dan membuat orang berlarian ke tempat penampungan.

Berita Rekomendasi

Sebelumnya pada hari Kamis, militan Israel dan Palestina menghentikan tembakan mereka selama beberapa jam.

Ketenangan tidak bertahan lama, tetapi putaran pertempuran sebelumnya memiliki ketenangan yang serupa dalam kekerasan, yang dipandang sebagai upaya membangun kepercayaan, sebelum secara resmi mengakhiri permusuhan.

Awal Mula Pecahnya Kembali Konflik Israel-Palestina

Dilansir Mirror, konflik terjadi di bulan Ramadhan tepatnya pada perayaan Hari Yerusalem (Minggu 9 Mei hingga Senin 10 Mei), menandai konflik Arab-Israel 1967 atau Perang Enam Hari.

Warga Palestina marah karena dibatasinya gerakan mereka ke Kota Tua Yerusalem, tempat mereka berkumpul untuk sholat selama Ramadan.

Yerusalem Timur, yang juga dianggap sakral secara agama oleh orang Palestina, dicaplok oleh Israel pada tahun 1967.

Kebijakan pemukim Israel di wilayah itu telah meningkatkan kekerasan antara warga Palestina dan polisi yang dituduh melakukan kekerasan.

Konfrontasi juga berkobar di kompleks Masjid al-Aqsa, situs Islam tersuci ketiga, yang dibangun di Temple Mount, situs tersuci dalam Yudaisme.

Pasukan keamanan Israel dikerahkan di tengah bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem, pada 7 Mei 2021.
Pasukan keamanan Israel dikerahkan di tengah bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem, pada 7 Mei 2021. (Ahmad GHARABLI / AFP)

Selama empat hari berturut-turut, polisi Israel menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru karet ke arah warga Palestina di kompleks tersebut, yang dibalas dengan melemparkan batu dan kursi.

Kebijakan pemukim di Yerusalem

Lebih dari 600.000 orang Israel hidup sebagai pemukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur di rumah-rumah yang telah dibangun sejak perang 1967.

Secara internasional, permukiman itu ilegal.

Warga Palestina marah adanya rencana sidang yang akan memutuskan penggusuran penduduknya dari Yerusalem Timur.

Penggusuran warga Palestina itu dimaksudkan untuk memberi jalan bagi lebih banyak pemukim Yahudi.

Pengadilan Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pemukim Israel melanggar hukum internasional.

Pemukiman melanggar Konvensi Jenewa Keempat yang memutuskan:

"Yang menduduki kekuasaan tidak boleh mendeportasi atau mentransfer sebagian dari penduduk sipilnya sendiri ke dalam wilayah yang didudukinya."

Karena Israel adalah yang menduduki kekuasaan, tindakan itu melanggar hukum, meskipun ia berpendapat bahwa wilayah-wilayah ini berada dalam wilayah kekuasaannya.

Pasukan keamanan Israel memeriksa lokasi pendaratan roket yang diluncurkan ke Israel dari Jalur Gaza yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, di Holon dekat Tel Aviv, Selasa (11/5/2021)
Pasukan keamanan Israel memeriksa lokasi pendaratan roket yang diluncurkan ke Israel dari Jalur Gaza yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, di Holon dekat Tel Aviv, Selasa (11/5/2021) (AFP/ahmad gharabli)

Ada lebih dari selusin permukiman di luar Yerusalem yang dianggap oleh Israel berada di dalam wilayah Israel meski secara internasional ilegal.

Sekitar tiga persen dari Tepi Barat dihuni oleh pemukim, yang berjumlah sekitar 400.000 dan ada sekitar 200.000 di Yerusalem timur.

Hanya ada 130.000 rumah pemukim yang disetujui pemerintah.

Tapi ada juga 100 permukiman lainnya yang disebut “pos terdepan”, didirikan dekat dengan permukiman yang lebih permanen.

Wilayah itu tidak diakui secara resmi tetapi mereka memiliki perlindungan militer dari Angkatan Pertahanan Israel.

Tentara Israel menembakkan gas air mata ke arah demonstran Palestina selama protes anti-Israel atas ketegangan di Yerusalem, di pos pemeriksaan Qalandiya antara Ramallah dan Yerusalem, di Tepi Barat pada 11 Mei 2021.
Tentara Israel menembakkan gas air mata ke arah demonstran Palestina selama protes anti-Israel atas ketegangan di Yerusalem, di pos pemeriksaan Qalandiya antara Ramallah dan Yerusalem, di Tepi Barat pada 11 Mei 2021. (ABBAS MOMANI / AFP)

Kombinasi dari pemerintah Israel yang lemah dan otoritas Palestina yang tidak populer membuat Hamas di Gaza putus asa untuk memproyeksikan kekuatan melalui serangan.

Kondisi ini menarik perhatian militan Palestina, yang sangat membutuhkan kepemimpinan yang kuat, dan juga menenangkan para paymaster dari luar seperti Iran, yang memasoknya dengan senjata.

Di Hari Yerusalem, dari malam 9 Mei hingga 10 Mei, pembatasan Ramadhan pada jamaah di Kota Tua dan kasus penggusuran pemukim seolah menciptakan badai yang sempurna.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lain seputar Israel Serang Jalur Gaza

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas