5 Poin Utama Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hizbulllah, Agresi Sia-sia IDF ke Lebanon
Israel pada dasarnya hanya meraih kesia-siaan saat memutuskan melakukan agresi militer ke Lebanon Selatan demi memburu Hizbullah yang solid ke Hamas
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
5 Poin Utama Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hizbulllah, Agresi Sia-sia IDF ke Lebanon
TRIBUNNEWS.COM - Setelah dua bulan perang habis-habisan antara Israel dan kelompok militan Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah, sebuah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis disepkati kedua belah pihak yang berkonflik.
Gencatan senjata ini dimaksudkan untuk mengakhiri adu rudal dan serangan udara yang menghancurkan.
Baca juga: AS: Hamas Ditinggal Hizbullah, Brigade Hizbullah Irak: Eits, Masih Ada Kami, Lanjut Serang Israel
Gencatan senjata ini bertujuan untuk memfasilitasi penarikan pasukan Israel secara damai dari Lebanon selatan selama 60 hari ke depan, kata seorang pejabat senior AS yang mengetahui negosiasi tersebut.
Berikut Lima Poin Utama dari Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hizbullah seperti dilansir AFP dari NDTV:
Kapan Gencatan Senjata Dimulai?
Gencatan senjata akan mulai berlaku pada pukul 4:00 pagi waktu setempat Rabu di Israel dan Lebanon (0200 GMT), di mana “semua tembakan akan berhenti dari semua pihak,” kata pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, kepada wartawan.
Apa Syarat-syaratnya?
Pasukan Israel akan memegang posisi mereka, tetapi “periode 60 hari akan dimulai di mana pasukan militer dan keamanan Lebanon akan memulai penyebaran mereka ke arah selatan,” kata pejabat itu.
Itu akan memberi Angakatan Bersenjata Lebanon waktu untuk mencapai posisi Israel, di mana Israel dapat memulai penarikan bertahap tanpa pembentukan vakum yang dapat melihat Hizbullah atau yang lainnya bergegas masuk, kata pejabat itu.
Penarikan itu harus memakan waktu tidak lebih dari 60 hari, kata pejabat itu.
Hizbullah juga harus menarik diri dari perbatasan selatan dengan Israel dan bergerak lebih jauh ke utara ke atas Sungai Litani – sesuatu yang belum dilakukan meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukannya pada tahun 2006 (Resolusi PBB 1701).
“Infrastruktur Hizbullah di Lebanon selatan tidak akan diizinkan untuk dibangun kembali,” tegas Presiden AS Joe Biden dalam komentar yang menjelaskan kesepakatan itu.
Bagaimana jika ada yang Meyalahi Kesepakatan?
Biden mengatakan kalau Amerika Serikat, dengan dukungan Prancis dan sekutu lainnya, akan “memberikan bantuan yang diperlukan untuk memastikan kesepakatan ini dilaksanakan sepenuhnya dan efektif.”
"Namun, itu tidak berarti sepatu bot AS di tanah," katanya menegaskan kalau pasukan AS tidak akan ada secara fisik di wilayah konflik.
Sebaliknya, “jika Hizbullah atau orang lain melanggar kesepakatan dan menimbulkan ancaman langsung ke Israel, maka Israel mempertahankan hak untuk membela diri yang konsisten dengan hukum internasional,” kata Biden.