Terjadi Gejolak Politik di Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Terancam Digulingkan
Sibuk berbenah setelah 11 hari pertempuran dengan Hamas, ternyata kini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga harus menghadapi 'perang' lain
Editor: Muhammad Barir
Meski delapan pihak mencapai kesepakatan untuk bekerja sama membentuk pemerintahan baru, namun kelompok ini masih membutuhkan dukungan parlemen untuk menjabat.
Sejauh ini belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pemungutan suara semacam itu di Knesset (parlemen).
Tetapi, itu diperkirakan akan terjadi paling lambat minggu depan, dan masih ada kemungkinan koalisi yang baru terbentuk ini bisa dibatalkan oleh pembelotan.
Dalam komentar pertamanya sejak koalisi diumumkan, Netanyahu mendesak anggota Knesset "dipilih dengan suara dari kanan" untuk menentang koalisi.
Dalam sebuah posting di Twitter, dia mengkritik mereka sebagai "sayap kiri" dan "berbahaya".
Dia sebelumnya menyebut pemerintah baru yang diusulkan sebagai "penipuan abad ini", dengan mengatakan itu membahayakan negara dan rakyat Israel.
Sementara pengamat telah mencatat bahwa Netanyahu kemungkinan akan mencoba mencegah kelompok itu mendapatkan dukungan yang dibutuhkannya.
Berita tentang koalisi baru muncul pada Rabu malam, ketika Yair Lapid, pemimpin partai berhaluan tengah Yesh Atid, menelepon Presiden Reuven Rivlin untuk memberi tahu dia bahwa kesepakatan telah dicapai.
Dia berjanji untuk membentuk pemerintahan yang akan "bekerja untuk melayani semua warga Israel, menghormati lawan-lawannya dan melakukan segala daya untuk menyatukan dan menghubungkan semua bagian masyarakat Israel".
Sebuah gambar yang dimuat di media Israel menunjukkan Lapid, Mr Bennett dan Mansour Abbas, pemimpin partai Raam Islamis Arab, menandatangani perjanjian, kesepakatan yang banyak orang anggap mustahil. (*)
Artikel ini telah tayang di intisari.grid.id dengan judul Usai Gempur Jalur Gaza, Kini Terjadi Gejolak Politik di Israel ketika Posisi Benjamin Netanyahu Terancam Kelompok Ini
Penulis : Khaerunisa