Demi Hadiah Utama Rumah dan Tanah, Warga Akhirnya Bersedia Divaksin Covid-19
Beberapa daerah di Filipina melakukan vaksinasi berhadiah rumah dan tanah, sapi, paket modal bagi warga agar bersedia divaksin Covid-19
Editor: hasanah samhudi
![Demi Hadiah Utama Rumah dan Tanah, Warga Akhirnya Bersedia Divaksin Covid-19](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/vivi.jpg)
"Apapun yang terjadi, terjadilah. Semuanya terserah Tuhan,” kata Pestano.
Bukan cuma Las Pinas saja yang mempunyai program vaksinasi berhadiah. Daerah lainnya melakukan hal serupa, meski dengan hadiah yang lebih kecil. Namun tanggapan masyarakat cukup tinggi.
Baca juga: Jokowi Terus Dorong Vaksinasi Massal untuk Mempercepat Terbentuknya Herd Immunity
Di San Luis, PRovinsi Pampanga, dekat Manila, pemerintah setempat melakukan undian setiap bulan bagi penduduk yang diimunisasi. Hadiahnya adalah seekor sapi.
“Memenangkan seekor sapi mungkin tidak berarti banyak di tempat lain tetapi di sini di San Luis, kami bertani, jadi ini adalah insentif yang ideal,” Ardee Taruc, petugas mitigasi bencana kota, mengatakan kepada Al Jazeera.
Seekor sapi dapat menjadi jalan keluar dari kemiskinan ekstrem. Sapi bisa menjadi modal kerja. “Tapi terserah pemenangnya mau menyembelih sapi,” kata Taruc.
“Sapi-sapi telah membuat dampak besar,” kata Taruc dari kota San Luis. Sejak undian diumumkan pada akhir Mei, pendaftaran untuk vaksinasi meningkat sekitar 50 persen.
“Sekarang, masalah kami adalah semua orang ingin divaksinasi, dan tidak ada cukup vaksin yang tersedia,” tambah Taruc.
Baca juga: Langgar Aturan Karantina Covid-19, Pria di Filipina Meninggal setelah Diduga Dihukum 300 Kali Squat
Senator Risa Hontiveros, seorang advokat kesehatan masyarakat, menyambut baik setiap upaya untuk meningkatkan upaya imunisasi, termasuk insentif.
Namun, dia mengatakan ada juga kebutuhan untuk “mengatasi hambatan” dalam sikap masyarakat terhadap vaksin.
“Fakta bahwa unit pemerintah daerah perlu menggunakan undian, atau bahwa perusahaan swasta harus menawarkan manfaat vaksin, mencerminkan kegagalan dan ketidakmampuan pemerintah nasional kita untuk membangun kepercayaan publik dalam program vaksinasi kami,” Hontiveros mengatakan kepada Al Jazeera.
Presiden Rodrigo Duterte sering meremehkan betapa parahnya pandemi . Ia dinilai seperti enggan untuk mendapatkan vaksin.
Duterte baru menerima dosis pertamanya hanya pada 3 Mei, beberapa bulan setelah peluncuran publik dimulai.
Dia memilih vaksin asal China Sinopharm, yang tidak memiliki persetujuan penggunaan darurat di Filipina pada saat itu, dan tidak tersedia untuk populasi yang lebih luas.
Dengan mengambil merek vaksin selain yang tersedia untuk orang Filipina, Duterte telah memicu keraguan publik, kata para kritikus. Duterte, yang kebijakan luar negerinya menguntungkan China, kemudian meminta maaf. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.