Pasukan Junta Bakar Desa Berpenduduk 800 Orang di Myanmar, 2 Lansia Tewas Terbakar
Pasukan Junta membakar sebuah desa berpenduduk 800 orang di Kin Ma, wilayah Magway pada Selasa (15/6/2021)
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
MRTV mengatakan 40 "teroris" membakar sebuah rumah di Kin Ma, memicu kebakaran yang menyebar ke 100 dari 225 rumah di desa itu.
Baca juga: Daftar Negara yang Bermain di Play-off Kualifikasi Piala Asia 2023, Myanmar Temani Indonesia
Baca juga: Junta Myanmar Memulai Persidangan Pertama Aung San Suu Kyi Sejak Kudeta 1 Februari
Situasi Myanmar telah dicengkeram oleh kekerasan dan protes sejak militer menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, kembali sebagai penguasa langsung negara itu setelah satu dekade demokrasi tentatif dan reformasi ekonomi.
Penggulingan pemerintah Aung San Suu Kyi karena dugaan pelanggaran pemilu.
Hal ini memicu protes hampir setiap hari di banyak bagian Myanmar dan memicu konflik antara militer dan kelompok pemberontak.
Foto-foto yang diambil pada Rabu setelahnya menunjukkan kabut asap tipis di atas Kin Ma dari bara api putih yang membara di tanah yang menghitam.
Papan kayu yang terbakar, lembaran logam, batu bata dan panci masak berserakan, dengan hanya beberapa pohon yang tersisa berdiri.
Beberapa gambar menunjukkan bangkai hewan.
"Laporan bahwa junta telah membakar seluruh desa di Magway, membunuh penduduk lanjut usia, menunjukkan sekali lagi bahwa militer terus melakukan kejahatan yang mengerikan dan tidak menghargai rakyat Myanmar," kata kedutaan Inggris di Myanmar di Twitter, mengutip pernyataannya Duta Besar Dan Chugg.
Kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Myanmar membakar ratusan desa pada 2017 selama serangan yang mendorong sekitar 700.000 minoritas Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Pasukan keamanan telah membantah membakar dan dalam beberapa kasus menyalahkan Rohingya karena melakukannya.
Baca juga: Kekerasan Myanmar Naik, PBB: Demokrasi Rapuh Berubah Jadi Bencana HAM, Warga Jadi Perisai Manusia
Kecaman Barat terhadap junta telah berkembang atas penggunaan kekuatan militer terhadap lawan-lawannya.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah kelompok hak asasi manusia, mengatakan pasukan keamanan telah membunuh lebih dari 860 warga sipil. Militer mengatakan angka itu lebih rendah.
Berita lain terkait Krisis Myanmar
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)