Teknologi CCUS Jepang Simpan CO2 Kerjasama Dengan Asia Tenggara Termasuk Indonesia
Konferensi daring dengan partisipasi para menteri yang membawahi 13 negara termasuk Jepang, Amerika Serikat, Indonesia, Malaysia, dan negara-negara AS
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mewujudkan masyarakat bebas karbon yang menjadi isu internasional, negara-negara di Jepang dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) bekerja sama untuk mengumpulkan emisi karbon dioksida, menahannya di dalam tanah, dan menggunakannya kembali.
Konferensi daring dengan partisipasi para menteri yang membawahi 13 negara termasuk Jepang, Amerika Serikat, Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN lainnya dilakukan Selasa ini (22/6/2021).
"CCUS (Carbon capture, utilisation and storage) adalah teknologi yang mengumpulkan karbon dioksida yang dipancarkan dari pembangkit listrik termal, dan menyimpannya di dalam tanah atau menggunakannya kembali sebagai bahan bakar, dan setiap negara setuju untuk membangun sistem kerja sama untuk penyebarannya," ungkap Menteri ekonomi industri dan perdagangan (METI) Hiroshi Kajiwara Selasa (22/6/2021).
Di masa depan, lebih dari 100 perusahaan swasta dan lembaga penelitian akan bergabung untuk berbagi teknologi dan pengetahuan Jepang dengan masing-masing negara dan bersama-sama menyelidiki berapa banyak lahan yang cocok untuk menyimpan karbon dioksida di Asia Tenggara.Saya telah memutuskan.
Negara-negara Asia Tenggara sangat bergantung pada bahan bakar fosil, dan jika teknologi ini menyebar luas, dekarbonisasi diharapkan dapat berkembang.
Di sisi lain, Jepang memiliki tempat yang terbatas untuk menyimpan karbon dioksida di Jepang, sehingga perlu untuk mengamankan lahan.
"Saya ingin untuk mendapatkan kerjasama dari masing-masing negara," ungkap Menteri ekonomi industri dan perdagangan (METI) Hiroshi Kajiwara Selasa (22/6/2021).
Menurutnya, diperkirakan setiap negara ASEAN dapat menyimpan lebih dari 10 miliar ton karbon dioksida.
"Potensi itu perlu dimanfaatkan untuk mewujudkan dekarbonisasi di seluruh Asia dan gagasan bahwa Jepang akan memimpin," tambahnya.
Pusat penyimpanan CO2 di Jepang akan dilakukan di Hokkaido nantinya.
Pembangkit listrik termal, yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar, dapat menyediakan daya yang diperlukan secara stabil, tetapi mengeluarkan sejumlah besar karbon dioksida.
Oleh karena itu, perhatian diberikan untuk memisahkan karbon dioksida dari gas buang dari pembangkit listrik termal, mengumpulkannya, mengurungnya dalam lapisan kedap karbon dioksida dalam pipa, dan menggunakannya untuk bahan kimia dan bahan bakar. Ini adalah teknologi yang disebut CCUS.
Menurut IEA (Badan Energi Internasional), jumlah karbon dioksida yang dipulihkan oleh teknologi ini saat ini sekitar 40 juta ton, tetapi diperkirakan akan meningkat menjadi 800 juta ton pada tahun 2030, yaitu 20 kali lipat dari jumlah saat ini.