Demonstran Kanada Gulingkan Patung Ratu Elizabeth II dan Victoria, Protes Temuan Jenasah Pribumi
Demonstran menggulingkan patung Ratu Elizabeth II dan Victoria di Kanada sebagai protes atas penemuan ratusan jenazah di sekolah-sekolah pribumi
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, WINNIPEG - Demonstran di Kanada menggulingkan patung Ratu Victoria dan Ratu Elizabeth II sebagai protes atas ratusan jenazah yang telah ditemukan di sekolah-sekolah pribumi (suku asli).
Protes berlangsung Kamis (1/7), hari nasional Kanada, ketika kota-kota di seluruh negeri biasanya mengadakan perayaan untuk menandai kolonisasi negara itu oleh Inggris pada tahun 1867.
CNN melaporkan banyak dari perayaan itu dibatalkan tahun ini sebagai tanggapan atas penemuan kuburan tak bertanda.
Para pengunjuk rasa bersorak ketika mereka menurunkan patung Ratu Victoria dan patung Ratu Elizabeth II yang lebih kecil di dekatnya di dekat gedung legislatif di Winnipeg, Manitoba. Ratu Victoria adalah raja Inggris ketika Kanada dijajah.
Menanggapi insiden di Kanada, Pemerintah Inggris dengan mengatakan “mengutuk setiap perusakan patung ratu.”
Baca juga: 751 Kuburan Tak Bertanda Ditemukan di Kanada, PM Justin Trudeau Desak Paus Fransiskus Minta Maaf
Baca juga: Gelombang Panas Landa Kanada, Ratusan Orang Meninggal dalam 5 Hari
"Pikiran kami bersama komunitas asli (pribumi) Kanada setelah penemuan tragis ini dan kami mengikuti masalah ini dengan cermat dan terus terlibat dengan pemerintah Kanada dengan masalah adat,” kata pernyataan pemerintahan Inggris.
BBC melaporkan bahwa polisi menggunakan pistol setrum selama penangkapan satu orang di tempat kejadian. Massa meneriakkan "tidak ada kebanggaan dalam genosida" selama protes.
Hampir 1.000 kuburan tak bertanda telah ditemukan di dua sekolah Kanada untuk anak-anak suku asli dalam dua bulan terakhir, yaitu sekolah di Saskatchewan dan di British Columbia yang sebagian besar dijalankan oleh Gereja Katolik dan didanai oleh pemerintah.
Pemerintah Kanada secara paksa memindahkan lebih dari 150.000 anak-anak pribumi dari keluarga mereka selama abad ke-19 dan ke-20. Mereka dipindahkan ke sekolah-sekolah di mana mereka dipaksa untuk berasimilasi.
Sekolah-sekolah tersebut mendapat kritikan karena memisahkan anak-anak dari keluarga mereka dan menjadikan mereka kekurangan gizi dan pelecehan fisik dan seksual. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menyebut hal ini sebagai “genosida budaya” pada 2015.
Baca juga: Kanada Selidiki Klaim Kerja Paksa di Industri Kelapa Sawit Malaysia
Baca juga: Kanada Kembali Laporkan Kasus Pembekuan Darah Langka setelah Suntik Vaksin COVID-19 AstraZeneca
Di Winnipeg, kerumunan bersorak ketika patung Ratu Victoria jatuh di luar gedung parlemen Provinsi Manitoba.
Para pengunjuk rasa, banyak dari mereka mengenakan pakaian oranye, juga menendang patung yang roboh dan menari-nari di sekitarnya. Alas dan patung dipulas dengan tanda tangan cat merah.
Patung Ratu Elizabeth di dekatnya juga ditarik ke bawah. Ratu adalah kepala negara Kanada saat ini, sementara Victoria memerintah dari tahun 1837 hingga 1901 ketika Kanada menjadi bagian dari Kerajaan Inggris.
Protes untuk mendukung anak-anak pribumi juga terjadi pada hari Kamis di Toronto, yang menjadi pusat keuangan Kanada. Sementara pawai #CancelCanadaDay di ibu kota Ottawa menarik ribuan orang untuk mendukung korban dan penyintas sistem sekolah rumah.
Sejumlah rapat umum diadakan di bagian lain negara itu. Banyak peserta mengenakan pakaian berwarna oranye yang menjadi simbol gerakan tersebut.
Baca juga: Anggota Parlemen Kanada Ketahuan Buang Air Kecil saat Sidang Virtual, Pernah Terekam Tanpa Busana
Dalam pesan Canada Day-nya, Perdana Menteri Pierre Trudeau mengatakan penemuan sisa-sisa anak-anak di bekas sekolah telah sepatutnya mendesak untuk merenungkan kegagalan sejarah negara. “Ketidakadilan masih ada untuk masyarakat adat dan banyak lainnya di Kanada,” katanya.
Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintah mengutuk setiap perusakan patung Ratu.
"Pikiran kami bersama komunitas adat Kanada setelah penemuan tragis ini, dan kami mengikuti masalah ini dengan cermat dan terus terlibat dengan pemerintah Kanada dalam masalah adat," katanya. (Tribunnews.com/CNN/UPI/Hasanah Samhudi)