Kemenkes Israel: Vaksin Pfizer Kehilangan Efektivitas
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Israel mengatakan bahwa efektivitas vaksin virus corona (Covid-19) Pfizer telah turun menjadi 64 persen dalam melawan
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Israel mengatakan bahwa efektivitas vaksin virus corona (Covid-19) Pfizer telah turun menjadi 64 persen dalam melawan infeksi virus tersebut di tengah penyebaran varian B.1.617.2 (Delta).
Para pejabat kesehatan negara itu pun saat ini mempertimbangkan perlunya vaksinasi tambahan atau booster dan pemberlakuan kebijakan pembatasan baru.
Pada hari Senin kemarin, efektivitas vaksin itu dilaporkan turun menjadi 64 persen dalam mencegah infeksi simtomatik selama sebulan terakhir.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (6/7/2021), Kementerian tersebut menyatakan bahwa penurunan efektivitas itu bertepatan dengan penyebaran cepat varian Delta yang diyakini lebih menular di seluruh Israel.
Kendati demikian, pejabat kesehatan mengatakan vaksin Pfizer masih menawarkan perlindungan yang kuat terhadap gejala parah dan rawat inap, efektivitasnya bahkan masih mencapai 93 persen.
Dalam laporan itu, memang tidak ada rincian angka yang diberikan, namun sebuah laporan yang diterbitkan pada Mei lalu mengatakan bahwa vaksin Pfizer menunjukkan efektivitas 97 persen melawan penyakit parah setelah pemberian dua dosis.
Sebelumnya pada Maret lalu, peneliti swasta Israel juga melihat temuan efektivitas vaksin ini menjadi 91,2 persen terhadap semua tingkat infeksi simtomatik.
Baca juga: 90 Persen Kasus Covid-19 di Jakarta Didominasi oleh Varian Delta, Luhut: Kita Harus Bekerja Sama
Data baru pun keluar di tengah lonjakan kecil kasus di seluruh Israel, di mana jumlah kasus aktif mencapai 2.766 pada hari Senin.
Angka ini dilaporkan setelah tercatat ada 369 kasus infeksi baru dengan varian Delta yang diyakini mencapai lebih dari 90 persen dari total keseluruhan kasus baru.
Hingga 4 Juli 2021, sekitar 70 pasien dirawat di rumah sakit, separuhnya dalam kondisi serius, sedangkan 21 pasien lainnya telah mengalami sakit parah sejak 19 Juni lalu.
Penyebaran cepat varian Delta yang kali pertama ditemukan di India, telah mendorong Menteri Kesehatan Israel Nitzan Horowtiz untuk meminta peneliti melakukan dua studi medis yang melihat perlunya dosis ketiga vaksin tersebut.
Ia mengatakan bahwa para peneliti akan memberikan 'informasi penting' kepada para pembuat kebijakan.
Di sisi lain, Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett menyebut studi tersebut akan mengevaluasi efektivitas vaksin dari waktu ke waktu.
Sementara hampir 60 persen dari populasi Israel yang berjumlah 9,3 juta telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Pfizer.