Studi Terbaru: Vaksin Covid-19 dari Sinovac Kurang Efektif terhadap Varian Gamma
Studi terbaru menunjukkan vaksin virus corona dari Sinovac, yaitu CoronaVac, kurang efektif terhadap varian Covid-19 Gamma.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Studi terbaru menunjukkan vaksin virus corona (Covid-19) dari perusahaan biofarmasi Tiongkok, Sinovac, yaitu CoronaVac kurang efektif melawan varian Gamma, CNA melaporkan pada Jumat (9/7/2021).
Para peneliti menemukan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh vaksin CoronaVac bekerja kurang baik terhadap varian Gamma daripada jenis virus corona sebelumnya.
Sementara varian Covid-19 yang pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat itu kemungkinan juga dapat menginfeksi kembali orang yang sebelumnya telah terkena.
"Kapasitas Gamma untuk menghindari respons sistem kekebalan ini bahkan pada orang yang divaksinasi menunjukkan virus berpotensi dapat beredar pada individu tersebut, juga di daerah dengan tingkat vaksinasi tinggi," kata penulis penelitian dalam siaran pers.
Dalam studi kecil, para peneliti di University of Campinas di Brasil memaparkan baik varian Gamma dan jenis virus sebelumnya ke antibodi dalam plasma darah dari 53 orang yang divaksinasi dan 21 orang yang sebelumnya telah terinfeksi virus.
Baca juga: Ini Karakteristik Covid-19 Varian Delta Sehingga Butuh Penanganan Berbeda di Rumah Sakit
Dalam kelompok yang divaksinasi, 18 orang hanya menerima satu dosis vaksin CoronaVac, yaitu salah satu vaksin utama dalam penanganan Covid-19 Brasil.
Sementara 20 orang baru-baru ini menerima suntikan kedua dan 15 lainnya telah divaksinasi sebagai bagian dari uji klinis Sinovac pada Agustus 2020.
Mereka menemukan bahwa varian Gamma mampu lolos dari antibodi dari hampir semua peserta yang hanya menerima satu dosis, serta mereka yang divaksinasi pada tahun 2020.
Antibodi dari mereka yang baru saja divaksinasi memang efektif, tetapi kurang efektif dibandingkan dengan jenis virus sebelumnya.
Studi yang dipublikasikan di Lancet Microbe, juga menemukan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh infeksi sebelumnya harus sembilan kali lebih tinggi untuk mencegah infeksi oleh varian Gamma daripada mencegah varian sebelumnya.
Baca juga: Cara Isolasi Mandiri di Rumah jika Positif Covid-19, Ini Syarat dan Alat yang Diperlukan
Para penulis mengatakan hasil penelitian itu juga berarti orang yang telah sembuh dari Covid-19 dapat terinfeksi kembali.
Tetapi mereka mengatakan karena uji klinis menunjukkan bahwa vaksin itu efektif dalam mencegah penyakit parah dan kematian, bisa jadi respon imunnya lebih kompleks.
Untuk diketahui, vaksin CoronaVac telah disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penggunaan darurat pada bulan Juni 2021 lalu.
Pada saat itu WHO mengatakan obat itu memiliki kemanjuran 51 persen terhadap penyakit simtomatik dan 100 persen terhadap rawat inap.