Di San Marino, Vaksin Sputnik V Punya Tingkat Efek Samping Rendah pada Kelompok Lansia
San Marino merupakan suatu negara kantong kecil independen berpenduduk sekitar 34.000 yang dikelilingi oleh wilayah Italia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, SAN MARINO - Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di San Marino, mayoritas orang berusia di atas 60 tahun yang telah menerima vaksin Sputnik V buatan Rusia hanya mengalami efek samping ringan atau sedang.
San Marino merupakan suatu negara kantong kecil independen berpenduduk sekitar 34.000 yang dikelilingi oleh wilayah Italia.
Negara itu mulai menggunakan vaksin Sputnik V pada Februari lalu.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (12/7/2021), sebuah studi yang meneliti efek samping setelah imunisasi (KIPI) telah muncul dalam publikasi online EClinicalMedicine, yang dijalankan oleh jurnal medis peer-review Lancet.
Tim peneliti melakukan survei terhadap 2.558 orang berusia 18 hingga 89 tahun yang telah menerima setidaknya satu dosis Sputnik V.
Survei ini dilakukan pada 4 Maret hingga 8 April lalu.
Baca juga: Indonesia dan Rusia Bahas Kerja Sama Produksi Vaksin Sputnik V
Sebanyak lebih dari 75 persen peserta memiliki setidaknya satu penyakit penyerta (komorbid) yang mendasarinya, seperti hipertensi, jantung hingga obesitas.
"Analisis awal keamanan vaksin Sputnik V menunjukkan profil tolerabilitas yang lebih tinggi atau sama, terutama pada kelompok usia 60 tahun ke atas dibandingkan dengan vaksin Covid-19 yang diadopsi secara luas lainnya," kata tim peneliti.
Para peneliti menulis bahwa mayoritas peserta melaporkan gejala ringan dan sedang, dengan 53,3 persen diantaranya mengalami efek samping setelah mendapatkan dosis pertama.
Secara keseluruhan, hanya 2,1 persen yang melaporkan gejala parah.
Kemudian untuk orang berusia 60 hingga 89 tahun, tingkat gejala parah yang dilaporkan bahkan menunjukkan angka yang lebih rendah yakni 0,8 persen.
Gejala yang paling sering dilaporkan setelah dosis pertama adalah 23,8 persen menunjukkan kelemahan, 18,5 persen sakit kepala, 16,5 persen nyeri sendi, 16,5 persen menggigil, 16 persen nyeri otot, 11,9 persen demam dan 11,8 persen malaise.
Sedangkan dari 1.288 orang yang menerima dosis kedua, 66,8 persen diantaranya melaporkan merasakan efek samping yang serupa dengan yang muncul setelah dosis pertama.
Para peneliti mengatakan bahwa hasil studi San Marino mengkonfirmasi temuan uji klinis fase III Sputnik V, yang diterbitkan di Lancet pada Februari 2021.
Selama uji coba, vaksin tersebut menunjukkan efektivitas keseluruhan mencapai 91,6 persen pada berbagai kelompok usia, dan efektivitas mencapai 100 persen terhadap kasus Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat.
San Marino mencapai tujuannya untuk melakukan vaksinasi secara lengkap dengan capaian lebih dari 70 persen populasi pada Mei lalu.
Karena negara tersebut bukan anggota Uni Eropa (UE), maka tidak harus mengikuti aturan European Medicines Agency yang belum menyetujui penggunaan Sputnik V di Eropa.
Negara ini juga menggunakan vaksin Pfizer dalam kampanye program vaksinasinya.