Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ilmuwan Australia Kembangkan Tes Gula Darah Bebas Rasa Sakit Bagi Penderita Diabetes

Ilmuwan Australia mengembangkan tes gula darah bebas rasa sakit bagi penderita diabetes, atau dikenal dengan strip non-invasif.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Ilmuwan Australia Kembangkan Tes Gula Darah Bebas Rasa Sakit Bagi Penderita Diabetes
Twitter @Uni_Newcastle
Ilmuwan Australia, Paul Dastoor dari University of Newcastle di Australia mengembangkan tes gula darah bebas rasa sakit bagi penderita diabetes, atau dikenal dengan strip non-invasif. 

Cara kerjanya

Tes air liur membuat tes tusukan jari yang menyakitkan untuk diabetes tipe 1 dan tipe 2 menjadi usang, yang merupakan inovasi besar pertama sejak tes glukosa darah dikembangkan pada 1960-an.

“Visi kami adalah menciptakan dunia di mana tidak ada yang perlu berdarah untuk makan.”

Profesor Dastoor mengatakan sensor, yang ukurannya mirip dengan permen karet dan jauh lebih tipis, sangat kuat, mendeteksi zat yang ada dalam air liur dalam konsentrasi yang sangat kecil.

“Dengan platform yang sangat sensitif ini, kami sekarang dapat mendeteksi glukosa pada tingkat yang ditemukan dalam air liur, untuk pertama kalinya,” kata Profesor Dastoor.

Dilapisi dengan enzim alami - Glukosa Oksidase - biosensor berinteraksi dengan air liur, menghasilkan reaksi yang menghasilkan arus listrik. 

Arus ini dapat dideteksi dan diukur untuk mengungkapkan kadar glukosa yang sangat akurat yang dapat dikirimkan melalui aplikasi smartphone dan data yang disimpan di cloud.

Ilmuwan Australia Kembangkan Tes Gula Darah Tanpa Rasa Sakit
Ilmuwan Australia, Paul Dastoor dari University of Newcastle di Australia mengembangkan tes gula darah bebas rasa sakit bagi penderita diabetes, atau dikenal dengan strip non-invasif.
Berita Rekomendasi

Aplikasi lain

Profesor Dastoor mengatakan sensor dapat dikembangkan untuk aplikasi di 130 indikasi termasuk penanda tumor, hormon dan alergen.

“Biosensor adalah 'teknologi platform', yang berarti akan dapat diterapkan secara luas untuk mendeteksi berbagai zat yang mengidentifikasi berbagai penyakit. Kami sudah mencari zat yang mengidentifikasi kanker, hormon, dan alergi,” kata Profesor Dastoor.

Profesor Paul Dastoor mengatakan sensor itu dapat membantu tes diagnostik baru yang sangat dibutuhkan untuk membantu memberantas Covid-19.

Timnya bermitra dengan Wyss Institute for Biologically Inspired Engineering di Universitas Harvard untuk membantu mengembangkan platform sensor sebagai tes Covid non-invasif.

Berita lain terkait Kesehatan

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas