Malaysia Akan Hentikan Penggunaan Vaksin Sinovac Setelah Pasokannya Habis
Hal itu karena Malaysia memiliki cukup banyak stok vaksin merek lainnya untuk menjalankan program vaksinasinya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PUTRAJAYA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Malaysia pada Kamis kemarin mengatakan bahwa negara itu akan menghentikan pemberian vaksin virus corona (Covid-19) yang diproduksi oleh perusahaan biofarmasi China, Sinovac Biotech Ltd. setelah pasokannya berakhir.
Hal itu karena Malaysia memiliki cukup banyak stok vaksin merek lainnya untuk menjalankan program vaksinasinya.
Vaksin untuk inokulasi warga Malaysia ini nantinya sebagian besar akan difokuskan pada penggunaan vaksin asal Amerika Serikat (AS) yang menggunakan platform mRNA, yakni Pfizer-BioNTech.
Seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan Malaysia Adham Baba dalam konferensi pers bersama pejabat tinggi kementerian lainnya.
Baca juga: Tak Lagi Gunakan Vaksin Covid-19 Sinovac, Malaysia Beralih Gunakan Pfizer
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (16/7/2021), saat ini, negara itu telah mengamankan sekitar 45 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech, jumlah ini cukup untuk mencakup 70 persen populasi, dibandingkan dengan 16 juta dosis vaksin Sinovac.
"Sekitar setengah dari 16 juta dosis telah didistribusikan, jadi sisanya akan digunakan untuk menutupi dosis kedua. Bagi yang belum divaksinasi, mereka akan menerima vaksin Pfizer," kata para pejabat Malaysia.
Pengumuman untuk berhenti menggunakan vaksin yang menggunakan metode virus tidak aktif Sinovac ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait efektivitasi vaksin ini terhadap varian baru Covid-19 yakni B.1.617.2 (Delta) yang dianggap lebih cepat menular.
Sementara itu negara tetangganya, Thailand pada minggu ini mengatakan akan menggunakan vaksin AstraZeneca untuk dosis kedua bagi mereka yang telah menerima dosis pertama dengan vaksin Sinovac.
Terkait vaksin lain yang disetujui izin penggunaan daruratnya atau Emergency Use Authorization (EUA) di Malaysia, termasuk diantaranya vaksin AstraZeneca, CanSino Biologic China dan vaksin Janssen dari Johnson & Johnson.
"Malaysia juga berencana pada hari Jumat ini mengumumkan keputusannya tentang apakah akan menambahkan vaksin Sinopharm China," kata para pejabat.
Dengan laporan 880.782 kasus dan 6.613 kematian, Malaysia memiliki salah satu tingkat infeksi per kapita tertinggi di Asia Tenggara.
Kendati demikian, negara tersebut juga merupakan salah satu negara dengan tingkat inokulasi tertinggi.
Sekitar 26 persen dari 32 juta penduduknya telah menerima setidaknya satu dosis.