WHO Khawatir Muncul Varian Baru Covid-19 yang Lebih Kuat dan Berbahaya
Lonjakan infeksi dan kematian Covid-19 secara global menyoroti tantangan lebih lanjut dari pandemi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SWISS - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa negara saat ini berpotensi memunculkan varian corona baru.
"Pandemi belum selesai," kata Profesor Didier Houssin, ketua Komite Darurat COVID-19 WHO pada Kamis (15/7/2021), dikutip dari ABC News.
Lonjakan infeksi dan kematian Covid-19 secara global menyoroti tantangan lebih lanjut dari pandemi.
Di Afrika, kasus baru melampaui puncak gelombang kedua selama tujuh hari yang berakhir pada 4 Juli dan jumlah kematian minggu ini naik 40%, menurut WHO.
Di awal pandemi, hanya ada satu varian virus corona yakni SARS-CoV-2.
Namun setelah virus ini menyebar ke seluruh dunia, muncul mutasi-mutasi baru.
Bahkan beberapa mutasi lebih menular daripada virus aslinya.
Saat ini ada empat varian Covid-19 yang menjadi perhatian WHO yakni Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.
Varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India, telah menyumbang hampir 60% dari semua kasus infeksi Covid-19 di AS.
Bahkan varian ini telah tersebar di lebih dari 100 negara di dunia, termasuk Indonesia.
"Kami perkirakan itu menjadi strain dominan yang beredar di seluruh dunia, jika belum," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Lebih lanjut WHO memperingatkan bahwa varian virus baru yang lebih sulit dikendalikan mungkin akan muncul seiring dengan situasi pandemi saat ini.
WHO Serukan Percepatan Vaksinasi
Masih mengutip ABC News, vaksin adalah salah satu upaya dunia untuk menanggulangi penyebaran varian SARS-CoV-2 saat ini.
Vaksin juga dinilai menjadi alat agar virus punya lebih sedikit kesempatan untuk berevolusi menjadi varian baru.
Sayangnya masih banyak negara di dunia yang tidak mendapat pasokan vaksin Covid-19 yang cukup.
Secara global, hanya 25.8% populasi di dunia yang sudah menerima minimal satu dosis vaksin, menurut University of Oxford's Global Change Data Lab.
WHO terus menekankan pentingnya melakukan vaksinasi agar setidaknya 10% populasi dari tiap-tiap negara telah diinokulasi pada September 2021 ini.
Selain itu, WHO juga meminta negara-negara maju untuk berbagi stok vaksinnya kepada negara lain.
Menurut WHO, vaksinasi dan tindakan patuh prokes masih menjadi strategi efektif melawan penyebaran semua varian SARS-CoV2.
"Virus terus berevolusi, menghasilkan varian yang lebih menular," kata Ghebreyesus sebelumnya, menandai peningkatan kasus Covid-19 secara global selama 4 minggu berturut-turut.
Apa yang perlu dilakukan jika belum divaksinasi?
Saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus infeksi dan kematian Covid-19 yang disebabkan varian Delta.
Bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengakui bahwa virus corona varian Delta sulit dikendalikan.
"Saya mohon supaya kita paham, varian Delta ini varian yang tidak bisa dikendalikan," kata Luhut dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI pada Kamis (15/7/2021).
Menurut Hackensack Meridian Health, ada 5 hal yang bisa dilakukan orang yang belum divaksinasi untuk melindungi diri dari paparan virus.
- Menggunakan masker yang benar, yakni menutupi hidung dan mulut terutama saat berada di keramaian di dalam ruangan.
- Menjaga jarak dari kerumunan atau orang lain.
- Sering mencuci tangan, baik menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.
- Menghidari kerumunan di dalam ruangan tertutup dan sirkulasi udara yang buruk.
- Selalu memperhatikan tingkat infeksi lokal di sekitar Anda dan menghindari kontak yang tidak perlu dengan orang lain.
Berita terkait Virus Corona
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)