Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pilu Rahmat, Banting Tulang Demi Keluarga Berakhir di Pabrik Pakan Ternak

Rahmat semasa hidup harus banting tulang demi keluarga dan rela menjadi pekerja kasar dengan upah Rp100 per hari.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in Kisah Pilu Rahmat, Banting Tulang Demi Keluarga Berakhir di Pabrik Pakan Ternak
TribunBekasi.com/Angga Bhagya Nugraha
Kebakaran hebat melanda pabrik PT Jati Perkasa Nusantara di Pondok Ungu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/11/2024). Foto udara yang dibuat pada Sabtu pagi menunjukkan sebagian bangunan pabrik luluh lantak akibat kebakaran tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASIRahmat Hidayatullah (42), pekerja operator forklift yang menjadi salah satu korban tewas kebakaran pabrik PT Jati Perkasa Nusantara di Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat, ternyata baru delapa bulan bekerja di perusahaan itu.

Rahmat diyakini jadi satu dari sembilan orang korban meninggal dunia dalam kebakaran hebat lebih 24 jam di pabrik pakan ternak tersebut pada Jumat (1/11/2024).

Ditemui di rumah duka, di Jalan Merdeka II Raya, RT 02/001, Bintara, Bekasi Barat, Jawa Barat, sang istri, Sinawati berbagi cerita tentang perjalanan hidup suaminya.

Diceritakannya, suaminya baru delapan bulan bekerja di pabrik tersebut dengan status masih sebagai karyawan kontrak. Dan masa kontrak kerjanya akan habis pada Februari 2025.

Sebelum bekerja sebagai operator forklift di perusahaan pakan ternak itu, Rahmat sempat bekerja di sejumlah perusahaan dan sempat menjadi buruh kasar hingga mengamen untuk keluarga.

Sang istri, Sinawati menceritakan suaminya sempat bekerja di perusahaan listrik, sebelum akhirnya kena imbas pengurangan karyawan pada masa pandemi Covid-19 tahun 2020. 

Saat itu ekonomi keluarganya terbilang cukup.

Berita Rekomendasi

Namun, pasca-sang suami tak lagi bekerja, hal itu berubah.

Baca juga: Firasat Buruk Santi Kembaran Korban Pembunuhan Wanita Tanpa Kepala di Muara Baru: Sakit Kepala Hebat

Rahmat semasa hidup harus banting tulang demi keluarga dan rela menjadi pekerja kasar dengan upah Rp100 per hari.

Pekerjaan itu ditekuni Rahmat selama tiga bulan dengan rute perjalanan kerja Bekasi-Karawang pergi-pulang.

Selepas itu, kata sang istri, Rahmat beralih pekerjaan dengan menjadi buruh kasar.

Bahkan, ada suatu momen ketika Rahmat harus menjadi pengamen demi memenuhi kebutuhan istri dan ketiga anaknya. 

”Suami saya ini orangnya pekerja keras demi keluarga. Apa saja dia lakuin demi keluarga. Bahkan sempat sampai ngamen selama 1 minggu karena belum mendapat pekerjaan. Pesan suami saya saat itu, ‘hidup enggak perlu malu, kan mencari yang halal’,” cerita dia.

Baca juga: Pesan Terakhir Korban Kebakaran Pabrik di Bekasi ke Istri: Kita Sampai Tua Jaga Anak hingga Sukses

Setelah itu, pada Februari 2024 lalu, Rahmat mendapat pekerjaan di PT Jati Perkasa Nusantara sebagai operator forklift.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas