Wakil Menlu China Bertemu Wakil Menlu AS: Amerika Serikat Setop Menjelek-jelekkan China
Wakil Menlu China Xie Feng bertemu Wakil Menlu AS Wendy Sherman, dan mendesak Amerikat Serikat agar berhenti menjelek-jelekkan China
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Wakil Menteri Luar Negeri China Xie Feng mendesak Amerika Serikat berhenti mengutuk dan menjelek-jelekkan China.
Xie membuat pernyataan pada hari Senin (26/7), selama pembicaraan dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman, yang sedang melakukan kunjungan ke kota pelabuhan Tianjin di China utara dari 25 hingga 26 Juli.
Menurut Xie, hubungan kedua negara berada dalam jalan buntu dan menghadapi kesulitan serius, yang pada dasarnya karena AS menganggap China sebagai “musuh bayangan.”
“Harapannya mungkin dengan menjelekkan China, Amerika Serikat entah bagaimana bisa mengalihkan ketidakpuasan publik domestik atas masalah politik, ekonomi dan sosial dan menyalahkan China atas masalah strukturalnya sendiri,” kata Xie, seperti dilansir dari Xinhua.
Ia juga mengatakan, tampaknya AS berupaya menjatuhkan China. “Seolah-olah ketika perkembangan China tertahan, semua tantangan domestik dan eksternal AS akan hilang, dan Amerika akan menjadi hebat lagi dan Pax Americana akan terus berlanjut,” kata Xie.
Baca juga: Tanggapi Amerika Serikat, Menlu Wang Yi: China Harus Ajari AS Cara Perlakukan Setara Negara Lain
Baca juga: Puluhan Pesawat Siluman AS Akan Menuju Pasifik di Tengah Ketegangan dengan China
"Kami mendesak Amerika Serikat untuk mengubah pola pikirnya yang sangat sesat dan kebijakan berbahayanya," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri China mengutip Xie, seperti dilansir dari The Straits Times.
Xie mengklaim bahwa orang-orang China memandang retorika permusuhan AS sebagai upaya terselubung untuk menahan dan menekan China.
Wamenlu Sherman adalah pejabat tertinggi AS yang berkunjung ke China di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.
Sherman tiba di kota Tianjin pada hari Minggu. Ia direncanakan mencari terobosan dan pagar pembatas atas hubungan kedua negara yang memburuk beberapa waktu terakhir, di antara menyangkut masalah keamanan siber hingga hak asasi manusia.
Sherman juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Baca juga: Balas Sanksi Amerika Serikat, Pertama Kalinya China Berlakukan Sanksi pada Pejabat AS
Baca juga: PBB Minta China Bekerja Sama dengan WHO Selidiki Asal Usul Covid-19
Hari Minggu (25/7) kemarin, ia mentwit bahwa dia telah berbicara dengan bisnis AS tentang tantangan yang mereka hadapi di China, dan juga mengirim "belasungkawa yang tulus" untuk para korban banjir di Provinsi Henan.
AS mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya berharap untuk menggunakan pembicaraan terang-terangan saat ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan kepada Beijing seperti apa persaingan yang bertanggung jawab dan sehat. AS menyatakan ingin menghindari hubungan yang mengarah ke konflik.
Kunjungan Sherman ini dianggap sebagai upaya persiapan pertemuan antara Biden dan Presiden China Xi Jinping, karena hubungan AS-China terus terjun bebas dengan sedikit tanda perbaikan.
Sehari sebelum Sherman mendarat di China, Menteri Luar Negeri Wang Yi berjanji untuk "memberi pelajaran kepada AS" dalam memperlakukan negara lain secara setara, menandakan awal yang sulit untuk pembicaraan.
"China tidak akan menerima superioritas negara mana pun yang memproklamirkan diri," katanya seperti dikutip dalam pernyataan kementerian luar negeri Sabtu.
Baca juga: China Menolak Permintaan WHO untuk Buka Akses Penelitian Asal-Usul Covid-19
Baca juga: Militer AS Sulit Cegah Jika Pasukan China Tiba-tiba Duduki Taiwan
John Kerry, mantan menteri luar negeri yang menjadi utusan iklim AS, adalah satu-satunya pejabat senior lain dari pemerintahan Biden yang mengunjungi China pada bulan April.
Kedua belah pihak berjanji untuk bekerja sama dalam perubahan iklim, meskipun ada banyak perbedaan.
Biden sebagian besar mempertahankan sikap hawkish terhadap China dari pendahulunya, Donald Trump, ketika Washington berusaha membangun front persatuan sekutu demokratis melawan Beijing.
Pekan lalu, China untuk pertama kalinya memberlakukan sanksi terhadap individu sebagai balasan sanksi yang diberlakukan AS terhadap China sebelumnya. (Tribunnews.com/Xinhua/TST/Hasanah Samhudi)