Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden AS Joe Biden: Misi Tempur AS di Irak Selesai Akhir Tahun Ini

Presiden AS Joe Bidden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi sepakat misi tempur AS akan selesai di Irak akhir tahun ini

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Presiden AS Joe Biden: Misi Tempur AS di Irak Selesai Akhir Tahun Ini
tst
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi dan Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan di Gedung Putih, Senin (26/7) 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi Senin (27/7) menandatangani perjanjian yang secara resmi mengakhiri misi tempur AS di Irak pada akhir tahun 2021.

Kesepakatan ini mengakhiri lebih dari 18 tahun keterlibatan militer AS setelah pasukan Amerika dikirim ke negara itu.

Biden dan Kadhimi bertemu di Ruang Oval, Gedung Putih, dalam pembicaraan tatap muka pertama mereka sebagai bagian dari dialog strategis antara Amerika Serikat dan Irak.

“Peran kami di Irak akan ada, untuk terus melatih, membantu, membantu dan menangani ISIS saat muncul, tetapi kami tidak akan, dalam misi tempur pada akhir tahun," kata Biden kepada wartawan saat dia dan Kadhimi bertemu, seperti dilansir dari Aljazeera.

Saat ini ada 2.500 tentara AS di Irak yang fokus melawan sisa-sisa ISIL (ISIS).

Baca juga: Joe Biden Janji Tak akan Kirim Pasukan Lagi ke Afghanistan, Akhiri Misi pada 31 Agustus

Baca juga: 14 Roket Hantam Pangkalan Irak yang Tampung Pasukan AS, Tiga Orang Terluka

Peran AS di Irak akan beralih sepenuhnya ke pelatihan dan menasihati militer Irak untuk mempertahankan diri.

Pergeseran ini diperkirakan tidak akan berdampak besar karena Amerika Serikat telah bergerak menuju fokus pada pelatihan pasukan Irak.

Berita Rekomendasi

Sebuah koalisi pimpinan AS menginvasi Irak pada Maret 2003 dengan dalih bahwa pemerintah pemimpin Irak saat itu, Saddam Hussein, memiliki senjata pemusnah massal.

Saddam dicopot dari kekuasaan, tetapi senjata pemusnah massal yang dituduhkan tidak pernah ditemukan.

Mengutip UPI, kehadiran militer AS di Irak mencapai persimpangan jalan pada Januari 2020 ketika serangan udara AS menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani, pemimpin Korps Pengawal Revolusi negara itu, ketika dia berada di Irak.

Baca juga: AS Lakukan Serangan Udara Terhadap Milisi Pro-Iran di Suriah dan Irak, Lima Orang Tewas

Baca juga: Otoritas Irak Temukan Kontainer yang Berisi Bahan Kimia Berbahaya di Pelabuhan Umm Qasr Basra

Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan kelompok milisi yang didukung Iran dan seorang pejabat militer Irak, juga tewas dalam serangan itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, misi AS didominasi dengan membantu mengalahkan ISIL di Irak dan Suriah.

“Tidak ada yang akan menyatakan misi tercapai. Tujuannya adalah kekalahan abadi ISIS,” kata seorang pejabat senior pemerintah kepada wartawan menjelang kunjungan Kadhimi.

Hal ini merujuk pada spanduk besar “Mission Accomplished” di kapal induk USS Abraham Lincoln di atas tempat Bush memberikan pidato yang menyatakan operasi tempur besar di Irak pada 1 Mei 2003.

“Jika Anda melihat di mana kami berada, di mana kami memiliki helikopter Apache dalam pertempuran, ketika kami memiliki pasukan khusus AS yang melakukan operasi reguler, itu adalah evolusi yang signifikan. Jadi pada akhir tahun kami pikir kami akan berada di tempat yang baik untuk benar-benar secara resmi pindah ke peran penasihat dan pengembangan kapasitas,” kata pejabat itu.

Baca juga: Sedikitnya 54 Orang Meninggal Setelah Rumah Sakit Covid-19 di Irak Terbakar

Baca juga: Bom Bunuh Diri Jelang Idul Adha 1442 H di Irak, Meledak di Kawasan Pasar hingga Tewaskan 35 Orang

Kadhimi dipandang bersahabat dengan Amerika Serikat dan telah mencoba untuk mengetahui kekuatan kelompok-kelompok pejuang yang bersekutu dengan Iran.

Tetapi pemerintahnya mengutuk serangan udara AS terhadap pejuang yang bersekutu dengan Iran di sepanjang perbatasannya dengan Suriah pada akhir Juni, menyebutnya sebagai pelanggaran kedaulatan Irak.

Amerika Serikat berencana untuk memberi Irak 500.000 dosis vaksin Pfizer/BioNTech COVID-19 di bawah program berbagi vaksin COVAX global.

Biden mengatakan dosis akan tiba dalam beberapa minggu.

Amerika Serikat juga akan menyediakan 5,2 juta  dolar AS untuk membantu mendanai misi PBB untuk memantau pemilihan Oktober di Irak.

Baca juga: 5 Roket Sasar Pangkalan Udara di Irak yang Tampung Kontraktor AS

“Kami mendukung penguatan demokrasi Irak dan kami ingin memastikan pemilihan berlangsung pada Oktober,” kata Biden. (Tribunnews.com/Aljazeera/UPI/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas