Virus Corona Varian Lambda asal Peru Menyebar ke 28 Negara: Ini yang Perlu Diketahui
Virus Corona varian Lambda mempunyai daya tular tinggi di Peru dan telah menyebar ke 28 negara, mayoritas di Amerika Selatan
Editor: hasanah samhudi
Soto-Rifo mengatakan sebagian dari kemanjuran vaksin dapat diukur dengan respons imunisasi, tetapi juga oleh respons sel-T, yang merangsang produksi antibodi dan membantu memerangi sel yang terinfeksi virus.
Baca juga: Eks Direktur WHO: Virus Monkey B Sudah Ada Sejak 1930, Bukan Berarti Tidak Bisa Jadi Pandemi
“Hasil ini diharapkan,” kata Soto-Rifo. “Virusnya sudah berubah dan itu bisa membuat vaksin tidak seefisien virus aslinya, tapi bukan berarti vaksinnya tidak berfungsi lagi,” katanya.
“Faktanya, kita juga tahu bahwa CoronaVac masih memiliki persentase perlindungan yang baik terhadap virus.”
Haruskah kita khawatir?
“Belum,” kata Dr Roselyn Lemus-Martin, yang memegang gelar PhD dalam biologi molekuler dan sel dari Universitas Oxford dan berbasis di AS.
“Pada awalnya, kami sangat khawatir… Kami pikir karena karakteristiknya, Lambda bisa menjadi lebih menular daripada Delta,” kata Lemus-Martin kepada Al Jazeera.
“Tetapi saat ini, di AS, misalnya, kami telah melihat bahwa Delta terus menjadi strain dominan, dan apa yang kami perhatikan adalah bahwa Lambda tidak menyebar secepat [di area lain],” katanya.
Baca juga: Soal Pencampuran Vaksin Covid-19 dari 2 Merek Berbeda, Ini Kata WHO
Namun Tsukayama di Universitas Cayetano Heredia di Lima tetap berhati-hati. Dia mengatakan kapasitas penelitian Peru untuk mengukur efek Lambda terbatas, yang membuatnya lebih sulit untuk mengevaluasi penyebaran varian.
“Gamma muncul di Brasil dan berkembang di seluruh wilayah, dan itu sudah dianggap sebagai varian perhatian,” katanya.
“Lambda memiliki banyak karakteristik Gamma, dan itu juga telah menyebar di negara lain. Apa yang belum kami miliki adalah jumlah bukti yang sama dengan yang dilakukan orang Brasil. Di kawasan ini, Brasil memimpin dalam kapasitas penelitian mereka,” katanya. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)