Ahli Penyakit Menular Jepang Ungkap Rasa Krisis di Masyarakat Mulai Memudar
Profesor Omi meminta pemerintah untuk mengirim pesan yang kuat kepada masyarakat akan adanya rasa krisis yang besar saat ini.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para ahli penyakit menular di Jepang ingin meningkatkan rasa krisis di tengah masyarakat yang kini mulai memudar.
Shigeru Omi, ketua subkomite penanggulangan virus corona pemerintah, memperingatkan di Komite Kabinet Dewan Penasihat pada tanggal 29 Juli kemarin bahwa rasa krisis itu tampak memudar di masyarakat.
"Krisis terbesar sekarang adalah bahwa rasa krisis tidak dirasakan oleh masyarakat secara umum," kata Profesor Omi.
Dia meminta pemerintah untuk mengirim pesan yang kuat kepada masyarakat akan adanya rasa krisis yang besar saat ini.
Seorang ahli mengeluh tentang pernyataan Perdana Menteri bahwa "jumlah orang berkurang".
"Saya katakan tidak apa-apa karena jumlah orang berkurang, tetapi saya ingin Anda menunjukkan kepada saya data apa sehingga bisa bicara demikian," ungkap seorang ahli penyakit menular lainnya.
Baca juga: Update Corona Global 30 Juli 2021: Jumlah Kasus Covid di Seluruh Dunia 197.299.001
Mengenai sikap mengimbau efek vaksin, ahli itu mengatakan, "Wabah orang sakit parah yang belum divaksinasi akan terus berlanjut. Saya ingin perdana menteri memiliki rasa krisis."
Pakar lain mengatakan, "Saya tidak terlalu senang jika seorang pemain memenangkan medali Olimpiade dalam situasi di mana perawatan medis di Tokyo runtuh, dan menuntut tindakan pengendalian infeksi yang menyeluruh."
Partai-partai oposisi semakin mengkritik. Pada konferensi pers, Edano dari Partai Demokrat Konstitusional menunjukkan bahwa "kecuali pesan yang tulus dikirim dari perdana menteri, wajar bahwa (tindakan balasan) tidak akan efektif."
Baca juga: Saitama, Kanagawa, dan Chiba Jepang Minta Pusat Deklarasikan Darurat Antisipasi Corona Yang Meluas
Tomoko Tamura dari Partai Komunis mengkritik Komite Kabinet Dewan Penasihat dan mengatakan, "Saya tidak merasakan adanya krisis di kalangan perdana menteri."
Per Kamis (29/7/2021) jumlah kasus Covid-19 tertinggi dalam sejarah Jepang mencapai 10.689 orang per hari di Jepang.
Sedangkan di Tokyo juga tertinggi mencapai 3.865 orang per hari atau rata-rata dalam 7 hari terakhir mencapai 2.224 orang per hari.
Kenaikan pesat infeksi virus corona terutama di Tokyo terjadi sejak sekitar 22 Juli 2021 yang saat itu masih 435 orang per hari.
Dalam seminggu melonjak jadi 3.865 orang per hari. Dampak dari penyebaran varian Delta virus corona.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.