Keluarga Korban 9/11 Tak Ingin Biden Hadiri Peringatan 20 Tahun Insiden, Ini Alasannya
Keluarga korban serangan teror 9 September 2001 atau dikenal dengan 9/11 meminta Presiden AS Joe Biden tidak ikut dalam acara peringatan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Keluarga korban serangan teror 9 September 2001 atau dikenal dengan peristiwa 9/11 meminta Presiden AS Joe Biden tidak ikut dalam acara peringatan.
Serangan 9/11 adalah serangkaian serangan bunuh diri yang menargetkan New York City dan Washington DC.
Salah satu insiden yang membekas yakni runtuhnya Menara Kembar World Trade Center (WTC) di NYC setelah ditabrak dua pesawat.
Kedua menara itu runtuh dalam kurun waktu dua jam.
Dilansir BBC, para keluarga korban menuntut Biden mempublikasikan file tentang insiden ini.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Siap Tampung Sementara Warga Hong Kong di AS, China Langsung Menanggapi
Baca juga: Bertemu Dubes AS, Ketua DPD RI Singgung Pernyataan Joe Biden Soal Jakarta Tenggelam
Sekitar 1.800 orang menandatangani surat untuk meminta Presiden Biden merilis dokumen terkait serangan itu.
Mereka meyakini bahwa dokumen itu memuat keterlibatan pejabat Arab Saudi dalam serangkaian serangan 9/11.
Keluarga korban menolak Biden untuk hadir dalam acara peringatan 20 tahun 9/11 jika tidak membuka file tersebut.
Menurut laporan BBC, hampir 3.000 orang tewas dalam serangan 9/11.
Menurut penyelidik, serangan itu dilakukan kelompok Al Qaeda yang berujung invasi AS ke Afghanistan.
Sebanyak 15 dari total 19 pembajak pesawat yang digunakan untuk menyerang adalah warga Arab Saudi.
"Kami tidak melihat itikad baik, dan dengan hormat kepada mereka yang hilang, sakit, dan terluka, menyambut Presiden ke tempat suci kami sampai dia memenuhi komitmennya," bunyi surat itu.
Bahkan keluarga korban dan penyintas meminta Biden menjauhi tiga lokasi serangan terjadi, yakni New York City, Virginia, dan Pennsylvania.
Orang-orang di balik surat tersebut menduga pejabat Saudi mengetahui seluk beluk kejadian itu, namun tidak melakukan apapun untuk mencegahnya.
Mereka sempat menggugat pemerintah Arab Saudi, namun telah dibantah.
"Sejak kesimpulan Komisi 9/11 pada tahun 2004, banyak bukti investigasi telah terungkap yang melibatkan pejabat pemerintah Saudi dalam mendukung serangan itu," bunyi surat itu.
"Melalui beberapa pemerintahan, Departemen Kehakiman dan FBI telah secara aktif berusaha untuk menjaga kerahasiaan informasi ini dan mencegah rakyat Amerika mengetahui kebenaran penuh tentang serangan 9/11," tambahnya.
Pemerintahan George W Bush, Barack Obama, dan Donald Trump juga menolak untuk membuka dokumen tersebut.
Mereka beralasan yang sama, yakni demi menjaga keamanan nasional.
"Jika Presiden Biden mengingkari komitmennya dan berpihak pada pemerintah Saudi, kami terpaksa untuk secara terbuka menentang partisipasi apa pun oleh pemerintahannya dalam upacara peringatan 9/11."
Sebanyak 19 orang dari kelompok Al Qaeda membajak empat pesawat penumpang.
Dua diantaranya diarahkan ke Menara Kembar WTC di New York City.
Baca juga: Ledakan Dahsyat Diikuti Tembakan Sporandis Guncang Ibu Kota Afghanistan Dekat Zona Hijau
Sementara itu pesawat ketiga digunakan untuk menyerang Pentagon di Arlington, Virginia.
Sedangkan pesawat keempat gagal mencapai targetnya menuju Washington DC dan jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania.
AS saat itu langsung menuduh kelompok Al Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden, yang meski sempat menyangkal, kemudian mengklaim serangan ini.
Amerika Serikat mengirim pasukannya untuk melakukan invasi di Afghanistan untuk menggulingkan Taliban yang diduga melindungi anggota Al Qaeda.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)